Maafkan Aku, Loki!
Assalammu'alaikum!
Dalam postingan blog kali ini, aku ingin menampilkan cerpenku yang pernah diterbitkan di Majalah Soca edisi 19 (Maret 2014). *yang mana, sih?* Ini! Yang ini, lho^_^
Majalah Soca Edisi 19 (Maret 2014)
Yuk mari dibaca:) Semoga dapat menghibur dan bermanfaat bagi kita semua yaaaa^_^
Siang ini matahari tidak terlalu
memancarkan sinarnya. Aku, Vania, dan Devi sedang berjalan beriringan dari
sekolah menuju rumah kami masing-masing. Kami bertiga adalah sahabat sejak TK.
Karena rumah kami berada dalam satu komplek yang sama, kami pun terbiasa pulang
sekolah bersama-sama. Agar tidak bosan dan lelahnya tidak begitu terasa, kami
sering mengobrol dan bercanda. Selalu ada saja hal-hal aneh yang kami
bicarakan.
“Eh, ada anak kucing!” sahutku
seraya menunjuk-nunjuk anak kucing lucu yang berdiam diri di pinggir jalan
raya. Kucing itu terus mengeong-ngeong dengan lucu. Aku, Vania, dan Devi pun
langsung menghampiri kucing lucu itu. Aku menggendong kucing itu sembari
mengelus-ngelus kepalanya yang terasa sangat lembut. Bulu-bulunya yang berwarna
putih dan hitam membuat Devi terus bersin-bersin.
“Isss…
kamu ini. Buang deh kucing itu. Kamu kan tahu aku alergi bulu kucing,” ujar
Devi seraya menutup mulutnya dengan sapu tangan. Aku, dan Vania pun membawa
kucing itu menjauh dari Devi.
Aku dan Vania merasa kasihan dengan
kucing lucu itu. Dia terlihat sangat lucu, dan seperti dia baru beberapa minggu
lahir ke dunia yang fana ini. Kami berusaha mencari induk kucing lucu itu.
Namun, induk kucing itu tetap tidak terlihat juga. Vania pun langsung
menyuruhku untuk merawat kucing lucu itu di rumahku.
“Kenapa enggak di rumah kamu aja?”
tanyaku kepada Vania.
“Aku melihara anjing, jadi aku
enggak mungkin pelihara kucing ini,” jawab Vania yang kemudian langsung
mengelus kepala kucing itu. Aku terdiam sejenak. Setelah berpikir selama
beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk membawa kucing itu ke rumahku.
Aku berjanji akan menjaga dan merawat kucing itu sampai dia mempunyai anak.
**
Sudah
hampir seminggu aku merawat kucing hitam putih yang kutemukan di tepi jalan
raya sewaktu aku pulang sekolah. Kucing yang kuberi nama “Loki” itu tumbuh
menjadi kucing sehat yang sangat cantik. Bulunya yang berwarna putih dan hitam
dengan ekor yang panjang menambah kelucuan kucing betina itu. Walau awalnya,
mamaku sempat marah karena aku membawa pulang kucing ke rumah tanpa seizin
dirinya, tapi ia tetap mengizinkanku merawat Loki. Mama hanya melarangku untuk
membawa Loki masuk ke dalam rumah.
Hari ini aku mengajak Loki
jalan-jalan ke taman komplek rumahku. Loki pasti sangat bosan bermain-main di
perkarangan rumahku saja. Apalagi tidak ada satu pun tetangga terdekatku yang
memelihara kucing. Mereka biasanya memelihara kelinci ataupun hamster. Yang
paling ekstrem cuma keluarga pak Darto, mereka memelihara ular Sanca dan kecoa
Madagaskar.
Aku tidak memakai pengikat apapun
untuk membawa Loki jalan-jalan menuju Taman komplek. Loki termasuk kucing yang
sangat pintar dan sangat patuh kepada majikannya. Hanya dengan memanggil ‘Loki,
Loki!’, kucing imut itu pun langsung menghampiriku dengan tatapan mata birunya
yang sangat indah.
“Loki main aja di sana! Kakak mau
duduk di sini saja. Nanti, kalau kita mau pulang, kakak bakal manggil Loki,
kok,” ujarku kepada Loki ketika kami sudah tiba di taman komplek.
“Meong,” ujar Loki yang kemudian
langsung berlari mengejar kupu-kupu yang berterbangan di atas kumpulan bunga
mawar merah. Setelah melihat Loki sudah menemukan teman barunya, aku pun
langsung duduk di kursi taman dan membaca novel ‘Aku Akan Menggeser Gunung’
karangan kak Rahmi Khalida.
Selang beberapa menit, tiba-tiba saja
aku mendengar suara mobil dan suara kucing yang sepertinya sedang terkejut. Aku
pun langsung berlari ke asal suara itu berbunyi. Begitu tiba, betapa
terkejutnya diriku ketika melihat kaki Loki yang sudah berlumuran darah tepat
di depan sebuah mobil hitam. Ya! mobil itu menabrak Loki. Untunglah hanya kaki
Loki saja yang berdarah. Aku bisa saja pingsan, jika Loki benar-benar sudah tak
bernyawa di hadapanku.
Entah apa yang kupikirkan saat ini,
namun aku malah langsung memarahi si pengendara mobil yang ternyata adalah
seorang bapak-bapak. Aku memakinya dengan nada yang penuh dengan keemosian. Bapak
itu hanya diam dan mendengarkan ocehanku dengan tenang. Setelah aku selesai
mengomel, dia pun langsung membawa Loki masuk ke dalam mobilnya.
**
Sejak
kejadian kecelakaan itu, aku sangat sedih melihat kondisi Loki sekarang ini.
Dia harus kehilangan salah satu dari keempat kakinya. Kaki kanan depannya harus
diamputasi karena kecelakaan itu. Dokter hewan yang menangani Loki
menyarankanku untuk memasangkan kaki bionic
pada Loki. Tapi, harga kaki bionic itu
sangat mahal. Dokter mengatakan bahwa harga kaki bionic itu sekitar puluhan bahkan ratusan juta. Aku tak punya uang
sebanyak itu. Jika aku meminta uang sebanyak itu kepada mama, pasti mama akan
memarahiku karena uang sebanyak itu digunakan hanya untuk seekor kucing saja. Aku
benar-benar merasa bersalah kepada Loki. Maafkan aku, Loki.[]
***
Jangan lupa comment ya, guysss^_^
BalasHapus