Menjadi Generasi Muda Muslim Sejati dalam Membangun Kembali Kebangkitan Islam di Era Digitalisasi

02.07 0 Comments

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

      Apa kabar, Sahabat Salsa semuanya? :) Alhamdulillah, sampai detik ini Salsa bisa kembali bercuap-cuap dengan sahabat sekalian melalui postingan blog kali ini. Mungkin, rasanya seperti sudah bertahun tahun Salsa meninggalkan blog ini. Kalau diibaratkan denga rumah, mungkin blog ini sudah menjadi rumah tua yang dihuni oleh ratusan laba-laba pemalas yang sedang menunggu datangnya makanan mereka di sarang tua nan rapuh. Hihihihi .-.
     Sebelumnya, Salsa mau minta maaf karena Salsa udah jarang banget ngeblog sekarang. Mengingat jadwal Salsa yang sekarang sudah begitu padat, dikarenakan sekarang Salsa udah jadi anak asrama. Inget yaaa, anak asrama. Bukan anak pondok :D (Paling kesel dibilang anak pondok wkwkwk :v Padahal sama aja meaning-nya, mah). Ah, sudahlah. Dari pada terlau panjang muqaddimahnya, mending kita langsung aja yuk masuk ke bagian intinya. Check this out! :D
     Mungkin, selama ini postingan di blog Salsa, Salsa sering banget ngepos cerpen, cerita, pengalaman, dan juga curcol-curcol gaje Salsa wkwkwk :v Tapi, kali ini Salsa mau ngangkat sedikit topik yang agak serius (emang Salsa bisa serius, ya? Bukannya sering rada-rada gitu'-'). Jadi, di postingan kali ini, Salsa mau ngebahas soal bagaimana "Menjadi Generasi Muda Muslim Sejati dalam Membangun Kembali Kebangkitan Islam di Era Digitalisasi". Tumben, bahas ginian? '-' Hehehe :D Yaaa dong. Mengingat, sekarang udah banyak banget jenis-jenis sosial media yang bermunculan akibat adanya era digitalisasi a.k.a 4.0 era. Nah, dari pada dimanfaatin cuma untuk sekadar eksistensi dan kepuasan diri, lebih baik kita sebagai generasi mudanya Islam mulai belajar untuk kembali membangun kebangkitan Islam seperti di masa silam. Mungkin, ini lebih kayak jurnal ilmiah yang udah Salsa dahulukan dengan riset mini selama beberapa minggu. Bismillah, semoga bermanfaat bagi kita semua. Yuk dilahap sampai habis! :)

Sumber: Google.com

       Agama merupakan salah satu aspek penting yang tidak terlepas dalam kehidupan manusia. Munculnya agama dilandaskan atas dasar keadaan atau kondisi masyarakat yang saat itu berada dalam situasi yang kacau. Seperti banyak terjadinya peperangan, diskriminasi terhadap kaum perempuan, perbudakan sampai homoseksualitas. Oleh karena itu, agama muncul sebagai sistem yang berfungsi untuk mengontrol kehidupan dan menjadi pedoman hidup bagi manusia.
      Islam merupakan salah satu agama yang muncul dan eksis dikalangan masyarakat.  Islam pertama kali diturunkan kepada nabi Muhamad SAW di Mekah pada zaman jahiliah (kebodohan), dimana mayoritas masyarakatnya merupakan penyembah berhala. Oleh karena itu, agama muncul sebagai pengontrol dan pembatas dalam pola kehidupan manusia baik secara individu maupun masyarakat pada saat itu.
         Setelah nabi Muhammad wafat, banyak penerus – penerusNya yang menyiarkan ajaran Islam, salah satunya adalah dengan cara dagang. Perkembangan agama Islam semakin lama semakin berkembang hingga masuk ke Indonesia terutama di Semenanjung Melayu dan Nusantara. Pengenalan Islam di Indonesia diawali melalui perdagangan. Penyebaran Islam dilakukan dengan cara bertatap muka atau kepada sekelompok pedagang dari bangsa Arab dan India.  Selain dengan cara perdagangan, Islam juga datang ke Indonesia melalui cara pendidikan, wayang, perkawinan dan sebagainya.
        Perkembangan Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari peranan tokoh-tokoh pada masa itu seperti Wali Songo yakni Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, dan Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Banyak dari mereka yang mendirikan pondok pesantren dan melakukan pertunjukan wayang hingga membuka forum diskusi (dakwah) untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang lebih efektif.
       Dakwah merupakan metode yang dilakukan oleh seorang pemuka agama (da’I) dalam menyampaikan atau menyiarkan dakwahnya. Secara etimologis dakwah itu sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan permintaan.
       Seiring dengan perkembangan zaman, kini metode berdakwah tidak lagi hanya dalam diskusi atau membuka forum tertentu saja. Tetapi, dakwah juga dilakukan dengan cara yang lebih modern dalam artian tidak hanya melalui percakapan dalam forum diskusi melainkan memanfaatkan adanya teknologi melalui media seperti televisi, radio, artikel sampai media jejaring sosial.
       Munculnya teknologi yang kini juga semakin maju, membuat beragam media komunikasi bersaing dalam memberikan informasi tanpa batas walaupun dari kemajuan teknologi tersebut dapat berdampak positif ataupun negatif. Perkembangan teknologi banyak dimanfaatkan dan dikonsumsi masyarakat luas, salah satu contohnya adalah penggunaan jasa internet dan beragam media sosial didalamnya yang kini juga dimanfaatkan para pendakwah untuk menyiarkan agama Islam khususnya di Indonesia itu sendiri.
       Hal tersebut juga tidak terlepas dari banyaknya pengguna jasa sosial media yang ada di Indonesia. Sebuah survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi negara ini.
       Melihat kondisi masyarakat yang sudah banyak memanfaatkan kemajuan teknologi, banyak pula para pemuka agama yang memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk menyiarkan ajaram agama islam, seperti yang di lakukan oleh Rumah Qur’an Syekh Ali Jaber Purwokerto. Mereka menggunakan media sosial antara lain facebook, twitter, hingga BlackBerry Messenger untuk berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam.
       Perspektif pendakwah dalam menggunakan media sosial Penyebaran agama Islam tidak terlepas dari peran seorang pemuka agama dalam menyampaikan dakwah. Dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah dijalannya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai sebagai ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
       Kemunculan media memberikan kemudahan untuk lebih menjangkau masyarakat luas. kemudian, media sosial khususnya juga memberikan berbagai kemudahan lain seperti lebih cepat, dapat menyampaikan dakwah secara singkat, simpel dan luas. Peran media sosial dalam berdakwah kini juga menjadi sangat penting karena melihat kondisi masyarakat khususnya Indonesia yang semakin banyak menggunakan media sosial.
       Banyaknya pengguna internet merupakan salah satu pendukung dari adanya dakwah dalam media sosial. Mereka memanfaatkan media sosial sebagai wadah baru untuk lebih berkembang. Para ulama memanfaatkan media sosial sebagai jalur dakwah yang efektif. Kemudian, ia juga menyatakan bahwa penggunaan internet oleh masyarakat saat ini telah menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari. Hal tersebutlah yang menjadi potensi besar untuk mengembangkan dakwah melalui media sosial.
       Hal lain yang mendukung munculnya dakwah melalui media sosial adalah karena banyaknya masyarakat yang masih awam tentang pengetahuan agama, sehingga menjadikan para ulama berinisiatif untuk melakukan dakwah melalui media sosial dengan tujuan mengajak masyarakat untuk lebih memanfaatkan internet sebagai suatu wadah untuk menambah ilmu pengetahuan.
      Di era digitalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali generasi 4.0 yang malah menyalahgunakan kecanggihan teknologi di zaman sekarang ini. Banyak sekali remaja, khususnya remaja muslim yang sering sekali menggunakan sosial media yang mereka miliki sebagai ajang pamer dalam balutan kehidupan hedonisme yang terkadang hanya rekayasa belaka. Setiap kali ada kegiatan, mereka selalu mengunggah foto dengan berbagai macam gaya untuk menarik jutaan pasang mata yang akan melihat dan menyukai foto mereka tersebut. Bahkan, yang lebih parahnya, banyak sekali remaja yang sering menggunakan akun sosial media yang mereka miliki sebagai ajang memamerkan pasangan masing-masing yang tentunya belum diikat dalam “kehalalan”.
Padahal, sebagai seorangremaja muslim, kita bisa memanfaatkan era digitalisasi ini sebagai media dakwah untuk menyebarkan dan membangkitkan kembali kejayaan Islam yang dulu pernah berdiri tegak di muka bumi ini. Seperti yang kita ketahui, Islam pernah berjaya di masa silam. Ilmu pengetahuan, teknologi dan juga budaya Islam pernah menjadi kiblat bagi seluruh dunia. Islam pernah berjaya di masa Abbasiyah dengan melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang membawa inovasi baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan di muka bumi, seperti: Ibnu Rusyd, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Batani, Al Khawarizmi, Umar Khayyam, Tsabit bin Qurrah dan masih banyak lagi.
Namun, sekarang keadaannya telah berubah seratus delapan puluh derajat. Kejayaan Islam perlahan mulai runtuh dan tergantikan dengan budaya barat yang dianggap lebih relevan dan pantas untuk diterapkan di era digitalisasi seperti sekarang ini. Oleh sebab itu, dakwah melalui media sosial diperlukan di era digitalisasi seperti sekarang ini. Ini adalah salah satu wujud pemanfaatan arus globalisasi yang terus berkembang semakin pesat agar Islam tak lagi dikatakan sebagai agama yang kuno dan ketinggalan zaman.
Di abad ke-21 ini, teknologi sangat berperan vital terhadap kehidupan manusia. Alat-alat digital sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan lagi. Semua aktivitas manusia tak bisa lepas dari alat-alat digital, seperti: gadget, ponsel, laptop, komputer, handycam, dan alat-alat digital lainnya. Manusia seolah terhipnotis dengan kecanggihan alat buatannya tersebut. Kemudahan yang mereka dapatkan membuat manusia dengan mudahnya mendewakan alat-alat digital. Alat-alat digital ini seolah memiliki magnet yang mampu menarik jutaan manusia untuk terikat dengan mereka.
Hal itulah yang dapat memunculkan dampak buruk era digitalisasi terhadap kehidupan manusia. Era digitalisasi akan memunculkan pola konsumtif di tengah kehidupan manusia di mana manusia selalu ingin memperoleh alat-alat digital terbaru demi kepuasaan semata. Era digitalisasi juga membuat manusia memiliki kecenderungan untuk bergantung kepada teknologi, seperti: gadget, internet dan juga media sosial. Ketergantungan inilah yang pada akhirnya mampu mengubah kebiasaan umat muslim untuk meninggalkan kewajibannya terhadap Allah Swt. Banyak di antara umat Muslim yang sering mengulur-ulur waktu untuk menunaikan ibadah shalat fardhu. Di dalam Q.S. Al-Ma’un: 4-5
 فؤيل للمصلين الذ ين هم عن صلا تهم سا هو
Artinya: Maka kecelakaanlah  bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.

Selain itu, era digitalisasi juga menjadi salah satu faktor penyebab kemunduran Islam[1]. Padahal, Islam pernah berjaya di masa Daulah Abbasiyyah. Pada saat itu, kehidupan peradaban Islam sangatlah maju, sehingga pada masa itu dikatakan sebagai zaman keemasan Islam. Umat muslim sudah berada di puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi, keuangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir pada masa itu. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor pendukung yang berperan penting dalam kejayaan Islam di masa Daulah Abbasiyyah, antara lain:
1.    Penerjemahan buku berbahasa asing seperti halnya Yunani, Mesir, Persia, India dan lain-lain kedalam bahasa Arab dengan sangat gencar.
2.    Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh kaum muslimin itu sendiri.

Pada masa itu, aktivitas penerjemahan sedang gencara dilakukan oleh kalangan masyarakat Muslim (bangsa Arab). Aktivitas penerjemahan bukan hanya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab tetapi juga sebaliknya. Meskipun bahasa lain diizinkan, bahasa Arab lebih diutamakan karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur'an yang menjadi lingua franca ilmiah di seluruh wilayah kekaisaran.[2]
Fakta sejarah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan menjadi salah satu kebangkitan Islam di samping kekuatan akidah dan akhlaknya. Ilmuwan muslim tidak cepat puas terhadap apa yang didapatkannya. Misalnya, Ibnu Sina yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran juga menguasai ilmu-ilmu lain, seperti matematika, fisika dan logika. Di usianya yang baru menginjak 5 tahun ia telah mempelajari al-Qur’an Lima tahun kemudian ia telah mampu menghafalnya. Bahkan menurut pendapat sebagian kalangan, Ibnu Sina sudah mampu menghafal Al-Qur’an pada usia 5 tahun.[3] Kecintaannya terhadap Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan mengantarkannya kepada keberhasilannya sebagai Master Kedokteran.
Disamping itu, media massa juga menjadi faktor pendukung kemunduran Islam di era digitalisasi seperti sekarang ini. Media massa di dunia banyak menayangkan berita negatif yang semakin menyudutkan umat muslim di seluruh dunia. Islam mulai dikecam oleh orang-orang non-muslim yang enggan membuka mata untuk mencari kebenaran yang ada. Islam dipandang sebelah mata lantaran ambisi umatnya yang terlalu berlebihan sehingga menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat dunia. Hal ini dapat dilihat dari kasus ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan menyimpang dari prinsip-prinsip jihad. Mereka telah melakukan aksi-aksi brutal dengan membawa nama Islam dan juga Allah di setiap aksinya. ISIS telah mengubah pandangan dunia terhadap Islam yang perlahan mulai berubah sejak pengeboman World Trade Center (WTC) 11 Sepetember 2001. Belakangan ini, Islam kembali dipandang sebagai agama radikal dan fanatik yang menganut paham terorisme akibat munculnya ISIS. Kekhilafahan Islam yang dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi ini telah banyak melakukan tindakan brutal, diantaranya:
a. Memotong kepala salah satu mujahid dan Ahrar Syam yang sedang dirawat di rumah sakit,
b. Pengeboman terhadap anak-anak dan kaum perempuan di kota Shaheel di Derr Zour,
c. Pasukan Baghdadi melakukan pembantaian mengerikan terhadap tahanan kota Hareem, membunuh 30 warga sipil dan pejuang,
d. Pasukan Baghdadi membunuh Syaikh Abu Sulaiman Al-Hamawi, pemimpin kelompok Jundus Syam,
e.   Pembantaian terhadap kaum revolusioner di pesisir Latakia setelah memberi mereka  janji keselamatan dan memutilasi jasad mereka[4].
Selain itu, Tragedi Mina yang baru-baru ini terjadi juga memberikan pandangan negatif terhadap agama Islam. Berita ini menyebar begitu cepat lantaran banyaknya media massa yang memberitakan berita ini. Pandangan-pandangan negatif pun kembali bermunculan. Dalam waktu beberapa jam, pemberitaan sudah semakin meluas dan berkembang semakin spesifik.
Namun, di sisi lain keterpurukan Islam dalam berbagai aspek selama ini juga disebabkan oleh faktor internal, yaitu: umat muslim sendiri. Kita tak bisa menyalahkan era digitalisasi. Karena sesungguhnya, era digitalisasi juga membawa dampak positif yang besar bagi umat muslim. Era digitalisasi justru dapat membantu generasi muslim untuk melebarkan kembali sayap kejayaan Islam yang pernah ada sebelumnya.
Semua permasalahan ini berakar dari dalam diri umat muslim sendiri. Banyak diantara umat muslim yang menyalahgunakan kemudahan yang mereka dapatkan dari era digitalisasi sekarang ini. Aturan-aturan dan juga pedoman di dalam Al-Qur’an perlahan mulai dilupakan dan juga ditinggalkan umat muslim di dunia. Peradaban materialisme telah menipu umat Islam yang pada akhirnya berhasil mendominasi ke dalam peradaban Islam. Umat Islam dibuat tak berdaya di hadapan invasi intelektual Barat.
Selain itu, kepemimpinan yang tidak bersih, kesibukkan penguasa Muslim dengan urusan pribadi dan melemahnya semangat amar makruf nahi munkar menjadi faktor-faktor yang semakin membuat Islam terpuruk[5]. Akan tetapi, kita juga tak bisa menutup mata akan adanya propaganda yang terjadi di antara umat Muslim, seperti: ISIS, Tragedi Mina, juga beberapa kasus yang terjadi berturut-turut di kota Mekkah pada musim haji tahun ini.

Gagasan Membangun Kembali Kebangkitan Islam dengan Membentuk Generasi Muslim Sejati
Gerakan kebangkitan Islam adalah kecaman terhadap kemandegan umat muslim di dunia. Gerakan ini juga sebagaimana diungkap Khursid Ahmad (1987:285) merupakan pengungkapan kembali iman di dada dan dimensi ini banyak diabaikan dalam tulisan Barat. Mereka sering beranggapan bahwa hal ini sekadar pengaturan kembali masalah politik dan sosial. Kebangkitan Islam merupakan kebangkitan kembali dan penguatan iman, sekaligus membangun kembali moral dan watak sang individu.
Gerakan kebangkitan Islam dapat dimulai dengan membentuk generasi muslim sejati di era digitalisasi seperti sekarang ini. Kita harus mampu membentuk umat muslim yang senantiasa ber-akhlakul karimah baik terhadap sesama muslim maupun non-muslim.
Salah satu gagasan untuk membangkitkan Islam adalah dengan kembali mempelajari Al-qur’an dan isinya. Baru-baru ini, didapatkan sebuah penelitian baru mengenai kandungan air di dalam tubuh manusia. Dikatakan bahwa tubuh manusia mengandung sekitar 75% air dan 25% zat padat. Sementara itu, di dalam otak terdapat 85% air dan sangat sensitif terhadap dehidrasi atau penipisan kadar airnya. Otak dimandikan terus-menerus dalam cairan serebrospinal asin. Pemahaman kimia dari tubuh manusia membawa konsentrasi hampir total dari penelitian ke dalam molekul komposisi dan menit fluktuasi rinci dari materi padat dalam tubuh.[6]
Penelitian ini sudah lama tertuang di dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 30.
اولم ير لذين كفروا ان ا اسموت وا لا ر ض كا نتا ر تقا ففتقنهما ؤ جعلنا من ا لما ئ كل شي ئ حي ئ ا فل يو منو ن

Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak melihat bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu hidup. Maka apakah sehingga mereka tidak beriman?’
Kenyataan inilah yang dapat kita jadikan pedoman untuk semakin mendukung kita untuk kembali merujuk kepada Al-Quran demi membangkitkan kembali kejayaan Islam. Salah satunya melalui ilmu pengetahuan yang berbasis Al-qur’an.
Selanjutnya, dalam usaha untuk membangun kebangkitan Islam, dibutuhkan kajian yang dapat dijadikan petunjuk dalam bertindak. Dalam hal ini Allah secara gamblang telah membukakan gerbang pemikiran untuk umat Islam agar tidak slah dalam mengambil tindakan. Di dalam surah Yusuf ayat 111 Allah SWT menegaskan tentang kisah Nabi Yusuf as. Dan kisah-kisah para Rasul lain yang disampaikan-Nya bahwa demi Allah, sungguh pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.[7]
Gagasan-gagasan di atas dapat kita gunakan untuk melenyapkan topeng dan menyingkap kepalsuan peradaban modern dan kedustaan propagandanya. Setelah berbagai kehancuran dan krisis yang menimpa umat, mereka baru tersadar bahwa mereka telah dikalahkan dan dimanfaatkan oleh kekuatan yang menjarah kekayaan dan potensinya. Jelaslah di hadapan umat bahwa semua ingin menjarah kekayaan sumber dayanya, menghinakannya, menjajahnya dan menjauhkannya dari nilai-nilai, akidah dan pemikiran Islam. Jelas pula bahwa konflik peradaban adalah konflik kepentingan yang tidak memberikan manfaat bagi umat Islam kecuali semakin bertambahnya kekalahan, keterbelakangan dan kemunduran[8].
Fakta-fakta ini telah membuka mata para korban penindasan dan penjajahan ini, sehingga mendorong mereka untuk mencari seorang juru selamat. Maka, bangkitlah para ulama, pemikir dan reformis untuk memenuhi tantangan dan konflik peradaban kontemporer. Gesekan budaya dan konfrontasi yang sengit antara Islam dan budaya materialisme untuk melawan dominasi dan kontrol asing atas Islam dan rasa tanggung jawab terhadap prinsip amar makruf nahi munkar dan Jihad di jalan Allah Swt., semua itu menjadi faktor-faktor yang membuka jalan bagi peluncuran kebangkitan Islam di zaman kita sekarang.
Oleh sebab itu, yuk mulai dari sekarang menjadi generasi muslim sejati yang cerdas dan berkualitas dengan memanfaatkan era digitalisasi sekarang ini! Kita bangkitkan kembali kesuksesan besar yang pernah diraih oleh Islam di masa silam. Ingat! Kesuksesan besar diraih dari usaha dan pengorbanan yang kasar. Berkorbanlah sampai bersimbah darah karena sukses bukanlah hadiah! Jadikan usaha kita sebagai Jihad fi Sabilillah dan serahkan semuanya kepada Allah Azza wa Jalla. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? 

Salam damai,


Salsa Putri Sadzwana







[1] Rizkiyansyah, Beggy. “Umat Islam dan Media Massa dalam Pergulatan Wacana. 17 Mei 2013. https://www.islampos.com/umat-islam-dan-media-massa-dalam-pergulatan-wacana-58336/
[2] Mohamed, Mohaini. 2004. Matematikawan Muslim Terkemuka. Jakarta : Salemba Teknika
[3] S. Rahmawaty., S.IP., M.AG., Indira. 2009. Ibnu Sina Tokoh islam, Master Kedokteran Dunia. Bandung : Makrifat
[4] Arrahmah.com. “Deretan Kejahatan Kelompok ISIS”. 20 Februari 2015. http://www.arrahmah.com
[5] Firdaus, F. 2014. Revivalisme Islam dan Perkembangannya di Indonesia.
[6] Batmanghelidj, M.D. F. 2003. Water: For health, for healing, for life. New York : Warner Books, dengan terjemahan
[7] Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jakarta : Lentera Hati
[8] Adnan bin Abdullah Al-Qattan. “Kebangkitan Islam dan Keniscayaan Intelektual”. 21 Mei 2013. https://saripedia.com

Salsadzwana

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar: