Different but Special

07.50 0 Comments

Assalammu’alaikum

Hari ini hari apa yaaaa? Ada yang tahu, nggak? Aku yakin semuanya tahu hari ini hari apa. Karena, hari ini adalah harriiiiii…. *jreng,jreng* *ceritanya ada bunyi drum gitu* IBU!!!! Woohooo….^_^ Ya, hari ini adalah hari ibu se-Nasional. Yaaa… walau mamaku punya hari spesialnya se-Nasional sendiri, tapi sampai sekarang mamaku belum go internasional, kok. (you know my mom not join in Miss World, Miss Universe or other beauty event like that because her age.-. I don’t said my mom old, but she’s not young.-.).


Ilustrasi diambil dari sini.

Nah, biasanya di hari ini anak-anak pada ngasih hadiah ke ibu-nya (Maybe, other child have different name for their mother, like: mama, bunda, ibu, nyokap, ataupun emak.-. Tapi, kalau aku sendiri sih manggil mamaku dengan sebutan simple aja: mamak). Berbicara soal hadiah. Selama empat belas tahun Hari Ibu yang kulewati di hidupku ini, aku nggak pernah ngasih hadiah apapun ke mamaku. Ralat. Lebih tepatnya aku berhenti ngasih hadiah ke mama aku. Cukup ucapan aja. Ya, cukup itu aja. Kenapa? Apa karena aku nggak sayang sama mamaku? Bukannnn… Semua ini berawal dari suatu peristiwa yang terjadi beberapa tahun silam. Jadi, ada sejarahnya, man-teman:v. Pada kepo yaakkk? Yaudah, aku ceritain, deh.

Jadi, pas aku masih duduk di bangku kelas 2 SD, temen-temenku pada sibuk mau ngasih hadiah apa ke mamanya sebagai kado di Hari Ibu. Awalnya, aku nggak tertarik lah, ya. Soalnya, aku udah punya kado sendiri. Yaitu, selembar surat cinta manis yang kukasih ke mama dua kali setahun (pas hari ultah sama Hari Ibu hehe:D). Kenapa aku nggak mau ngasih kado? Apa karena aku nggak mau repot-repot belinya? Bukannnn… Aku bersedia-sedia aja, sih nge-repotin diri sendiri untuk mama, apalagi di hari spesialnya. Cuma, karena uang jajanku saat itu cuma Rp2000, jadi aku harus benar-benar pandai mengelolanya (fyi, uang segitu udah gede banget, lho pas zaman aku). Kan ada uang tabungan? Iya, ada, sih. Cuma waktu itu tabungan aku udah ditahan sama bank (jahat banget ya bank-nyaL), jadinya aku nggak punya uang dalam jumlah besar di tangan. Alhasil, kalimat “Sederhana tapi bermakna” berlaku banget buatku waktu itu.

Tapi, entah kenapa waktu pas liat temen-temenku heboh menyiapkan hadiah buat mamanya, aku jadi ikut terpancing untuk beliin hadiah juga buat mamaku. Apalagi, waktu itu temenku ada yang rekomendasiin biar aku beli gantungan kunci lucu seharga Rp2000 di abang-abang serbu (serba seribu) depan sekolah. Tapi, sialnya waktu itu uang jajanku yang cuma dua ribu perak itu udah habis-___- (emang kayaknya hidup gue udah sial dari orog-_-) jadilah aku kelimpungan mesti beliin kado pake apa. Masa iya aku harus nyuci piring di warung makan deket sekolah kayak di sinetron-sinetron gitu.__. (muup, yang nulis korban iklan sinetron). Make daon kelor? Yaaa… nggak bisa, lah. Bisa-bisa tiap hari gue bakal digentayangin tatapan abang jualan itu. Jadilah, dengan amat sangat terpaksa aku melakukan jalan pintas yang paling efektif, yaitu: ngutang (tapi, ini bukan budaya, lhooo:D). Berbekal utangan uang dua ribu perak dari seorang teman, aku berhasil mendapatkan gantungan kunci unyukkk seperti yang kuharapkan:D *prok-prok*

Singkat cerita, pas sampai di rumah, aku langsung ngasih itu ke mamaku sekalian sama surat cinta palinggg manisssss yang udah kubuat:D (fyi, manisnya melebihi kemanisan Martabak Bangka, lhoooJ). Dan karena mama orangnya suka kepo, mama langsung nanya, “Kok bisa beli gantungan kunci ini? Uangnya dari mana?”. Terus, karena waktu itu aku masih polossss banget.__. jadinya yaaaa… kujawab jujur aja, deh, “ngutang dari Annisa Muharni, ma. Tapi, nanti kubayar, kok.” Dan hasilnyaaaa… raut muka mama langsung berubah dalam sekejap. Yang awalnya bahagia, malah jadi merengut. Tapi, aku masih bersyukur karena gantungan kuncinya nggak langsung dibuang kayak di sinetron-sinetron gitu (korban sinetron lagi.__.). Saat itu juga, mama langsung ngambil dompetnya dan mengeluarkan uang dua ribu perak untukku sambil bilang, “Besok langsung bayar ya. Jangan ngutang lagi. Nggak bagus. Dan nggak usah ngasih hadiah kayak gini-gini lagi. Mama nggak perlu hadiah, kado, atau apalah itu. Mama cuma ingin Caca jadi anak yang baik, rajin, shalehah.” Sumpah! Waktu itu kayak langsung ada yang nyanyi lagu “mama, I love you, mama, I miss…”. Seharusnya, aku langsung nangis. Cuma, emang pada dasarnya waktu itu aku masih polossss banget alhasil aku cuma bisa melongo sambil manggut-manggut.__. (mungkin, kalau momen waktu itu difoto hasilnya bakal mirip ikan cupang kelaparan -___-) *oke,bye*.

Itulah sejarah kenapa aku nggak pernah lagi ngasih hadiah ke mama aku, bahkan di saat ulang tahunnya (btw, ini sebenernya karena ulang tahun mamaku cuma dirayain 4 tahun sekali. 29 Februari nggak ada tiap tahun, brooohh:v).  

Ini foto bertiga bareng mama dan kakak. Keren ya kami bertiga?^_^

Sebenarnya, sejak kejadian itu aku masih ngasih hadiah ke mama aku, tapi mamaku nggak pernah mau terima dan biasanya hadiah itu bakal dipake berdua bahkan bertiga sama kakak aku. But, overall aku bangga banget sama mama aku. Mamaku orangnya bener-bener nggak gilak hormat. Dia malah ‘sudi’ menempatkan dirinya sebagai best friend bagi aku dan kakakku. Nah, sekarang udah kebuka kan kenapa postingan ini berjudul “Different but Special”. Aku ingin ngungkapin hal-hal apa saja yang buat aku dan mamaku berbeda dengan ibu dan anak yang lain. Oya, sebelumnya aku mau garis bawahin kalau postingan ini bukan ingin menyatakan kalau aku dan mamaku lebih baik dengan ibu dan anak lainnya. Tapi, aku cuma ingin berbagi cerita kepada kalian tentang hubungan aku dan mamaku. Sekaligus aku ingin ceritain beberapa kejadian lucu yang pernah aku alamin.

Oya, tadi aku ada sebut “mamak” ya? Nah, aku mau ceritain juga sejarah munculnya nama itu. Sebutan itu lahir lantaran aku dan kakakku keseringan memanggil mamaku dengan tiga kata terakhir saja, yaitu: Mak! Mak, aku pergi dulu, ya. Mak, aku shalat dulu, ya. Mak, aku hari ini pulang lama. Jadilah lahir sebutan MAMAK tersebut. Maklum aja lah yaaa… mamaku tak terlalu meribetkan soal panggilan nama itu. Toh, ia sendiri nggak punya panggilan spesial buat aku. Mamaku lebih sering menggunakan kau-aku atau nggak nama panggilanku (Caca) ketika berbicara denganku. Berbicara soal kau-aku itu, maklumin aja yaaaaa:D Soalnya, walau mamaku dilahirkan di kota keraton alias Solo dan dibesarkan di kota kembang alias Bandung, tapi tetep aja karena udah bertahun-tahun tinggal di Medan alhasil logatnya lama-kelamaan kecampur dengan bahasa Medan.

But, I think my mom doesn’t forget her Sunda’s culture. Kalian bayangin aja ya, walau udah 14 tahun tinggal di Medan, logat Sunda mamaku tetep aja nggak hilang. Selalu aja kedengaran logat Sunda-nya kalau lagi ngobrol sama orang. Alhasil, orang lain yang belum kenal dia pasti langsung tau asal muasal mamaku itu. Tapi, biasanya orang sini ngiranya mamaku orang Jakarta, padahal udah tau mamaku itu cerewet-nya nggak ketulungan (I don’t said Bandung people are choosey. Maybe, it just happened on my mom:D). But, kalau pas kami pulang kampung ke Bandung, orang-orang sana malah nggak ngakuin mama sebagai “konco” mereka. Mereka sering ngira mama itu orang seberang (sebutan ini mungkin lahir karena kalau dari Pulau Jawa mau ke Pulau Sumatera harus nyeberang lautan dulu kaliii yaakkk:v).


Aku dan mamaku. Kayak kakak dan adek ya? ^_^

Selain mamaku orangnya simple banget (terutama kalau bicara fashion pakaian. Sumpah! Kalau bisa dibilang, pakaiannya sehari-hari itu cuci-kering alis abis dicuci terus kering terus dipake, deh:D), mamaku juga orang yang superrrr duperrr lucu. Lucu kenapa? Banyak yang bilang karena logat mamaku yang masih kedengeran Sunda-nya, tempo bicaranya bisa dikategorikan superrrr duperrrr cepat. Emang, sih, mamaku kalau ngomong cepat banget. Sebenernya, ini wajar aja, sih. Karena, mamaku ini dulunya mantan penyiar di beberapa stasiun radio. Tapi, nggak sampai booming kayak Ghina, Bekti, Desta, apalagi the Dendis (Danang & Darto). Bisa jadi juga, sih, cita-cita mamaku dulu jadi rapper *peace,mak* :v.

Selain itu, kelucuan mamaku juga tampak saat dia mengendarai kereta (fyi, mamaku bukan masinis yaaa… maksud kereta di sini bukan kereta api, tapi sepeda motor:D). Kalau dia udah loncat ke atas jok motor, bersiaplah mendengarkan suara nge-gas yang bener-bener kuatttt.-. Dan setelah itu, dia akan melesat dengan kecepatan tinggi di jalan raya. Jadilah lahirlah sebutan di kalangan teman-teman sekolahku yang mengatakan “Mama Salput seorang Pembalap”. Yaaaa… That’s true-___- Mau gimana lagi. Kita nggak bisa menghindari fakta yang bener-bener ada. Mamaku emang hobi banget ngendarain sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Jadinya, kalau udah dibonceng mama, aku harus bener-bener ngencangin pegangan. Alhamdulillah, sampai sekarang aku belum pernah terpelanting ke belakang gara-gara hobi “gilakkk” mamaku iniK

Sampai sekarang, kalau liat foto ini pasti ngakak. Ceritanya mau bergaya kayak model gitu, eh malah kayak orang kelapara. *peace,ma*:v

Sepertinya, postingan ini udah kepanjangan banget yaaakk? Oke. Sebaiknya kuakhiri saja cerita di Hari Ibu ini. Pokoknya, aku sayang banget sama mama aku({})({})({})({})({}). More than words can ever say my love to my mom. It’s my lucky to have my mom in my life. Thank you for being the best mom for me, being there for me, and always make beautiful day in my life. Love you, mom:*

Happy Mother’s Day for all Indonesia’s mothers^_^

Wassalammu’alaikum.

Salsadzwana

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar: