Pieces of Life Memories in India


The Edge of the world. That's how people called this place (picture above). It is beautiful place that make people possibly see the beautiful landscape (sometimes there are mist that block our vision). Since, the first time I come there, I have already fallen in love with it. There are hills, rice-fields, and river. Everytime I come there, I'll always remember with my country, especially my city. It's really similar. But, it takes time for me to go to the hill in my city. It is around 4 hours until I can get the beautiful landscapes as like as the picture above. But, when I see people around me, I'll mumble, "This is not Indonesia." There is no one speak Bahasa and understand what I'm saying. There is no one look-like Indonesian here, except me.

The Edge of the world means a lot for me. I'll always come there when I miss my country. Just one sight, I can remember all of memories. And also all of people that take part in that memories. Sometimes, I cry here. I remember all of sacrifices to stand here. Not only mine, but also my mom. Repeatedly, a thousand times, I'm thankful for the gift that God has always given me. Last year, I was still angry to the God. I failed in one of the student exchange program in Indonesia, I didn't pass first stage of UWC selection with National Committee in Indonesia, I lost my best friend because of Leukimia, and the hardest part, I must face the destiny, that I will never see my dad again. Yes, he passed away because of kidney failure.

But now, God give me the answer for all my queries.

I'm happy I'm busy
I'm so happy I'm busy every day
I can forget my days that I spent with you in the past
But when you suddenly come to my mind
I feel pain like being pierced until this moment.

I wonder how did you do it at that time?
I'm still wondering if the things you did were good?

I met you, fell in love with you, I love you.
I love you, hurt you and then leave you,
Don't realize how important you are until you are far away.

I can't even talk to you anymore
I can only hang up.

Losing yourself is so frightening
but I must lose you.
I'm afraid and confused
Can't give you what you need.

Maybe, you hate me
When I touch you my blood starts flowing,
But my heart. It becomes so cold.
I feel a prickling pain
My wound is incurable and tainted
I dream everything, except the impossible thing.

I'm a stubborn girl
I only think of myself
It doesn't mean I'm lonely or want a hug,
I just want to meet you. That's all.

When we meet later,
The world starts to spin again,
The ground under my feet was smashed to pieces.
Your face changes, your voice changes.

I want to meet you again,
I understand, that's impossible.

Only a warm bitterness is left behind,
I feel you always here. Next to me.
Is that you?
Maybe that's only my feeling


Resensi Novel "Super Didi" karya Silvarani

Assalammu'alaikum!

Apa kabar semuanya? Semoga selalu dalam keadaan baik-baik saja, yaaa... Nah, kali ini, ada yang baru, nih di blog Salsa. Tereteetttttttt..... *ala-ala pengumuman sayembara kerajaan*. Jreng jreng jrenggg.... ada resensi novel "Super Didi". Mungkin, tulisan ini terkesan baru di blog Salsa. Walau sebelumnya Salsa pernah buat resensi film "Kau dan Aku Cinta Indonesia", namun untuk novel, baru kali ini Salsa posting di blog. Dan ini pun sebenernya karena tugas praktek bahasa Indonesia dari sekolah. *harap maklum yaaa, manteman. Kelas 12 sedang menghadapi banyak ujian*. So, yang mungkin tamat SMA ini udah putus asa dengan ujian masuk universitas, atau belum mau kerja dan ingin langsung nikah *eh*, boleh lah yaaa dibaca dulu resensi novel ini, kalau tertarik, yaaa monggo dibeli bukunya di toko buku terdekat dan mungkin boleh juga nonton film-nya (kadang-kadang nongol juga di stasiun televisi R*TI) :D

 I.     Identitas Buku
Judul Buku           : Super Didi
Warna sampul      : Orange dengan gradasi kuning ditengahnya
Ilustrasi Sampul : Di atas sampul ada tulisan Super Didi yang merupakan judul novel tersebut. Tulisan tersebut diberi warna biru lalu latar belakang tulisannya diberi gambar awan yang seolah-olah digantung dari atas. Lalu, dibawah tulisan judul ada slogan yang berbunyi karena jadi Ayah itu, seru!. Selain itu ditengah-tengah sampul didominasi oleh gambar satu orang ayah dan dua putrinya dimana ayah nya mengangkat kedua putrinya sekaligus dengan alat kerjanya.
Penulis               : Silvarani
Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit      : 2016
Tebal Buku        : 256 Halaman
Berat Buku        : 230 gram
Ukuran              : 20 cm x 13,5 cm
No. ISBN          : 978-602-03-2690-0


II.          Sinopsis
Menjadi ayah itu susah-susah gampang.
Atau malah gampang-gampang susah?

Ketika sang istri pergi ke luar negeri, kehidupan Arka berubah total. “Didi” – panggilan kedua putrinya untuk sang ayah – harus merangkap menjadi ayah sekaligus ibu. Membangunkan anak-anaknya, Anjani dan Velia, mengepang rambut ala Queen Elsa, mengantar ke sekolah, menjemput dari les balet dan drama, sampai mendongengkan sebelum tidur, semunya Arka lakukan seorang diri.
Mimpi buruk semakin memperkeruh hari-hari Arka karena Wina belum bisa kembali ke Jakarta, padahal Anjani dan Velia akan tampil dalam drama sekolah. Pada hari yang sama, Arka harus mempresentasikan proyek bernilai triliunan rupiah. Kalau sudah begitu, apakah Anjani dan Velia yang harus dikorbankan? Apakah mereka harus tampil tanpa ditonton kedua orangtuanya?
Mungkin begitu.
Sampai suatu saat, sang “Didi” melakukan tindakan “super”!


III.              Penilaian Buku
Dimulai dari sampul. Berlatarkan orange dengan kuning muda di tengahnya, sampul buku ini sekilas terlihat sederhana. Apalagi, sampul buku ini merupakan sampul buku setelah cerita di dalam buku ini diangkat ke dalam bentuk film. Jadi, sampul ini bukanlah sampul asli ketika buku ini pertama kali terbit.
Kisah ceritanya yang menarik untuk disimak dan mendewasakan pikiran serta hati yang membacanya. Alur cerita yang mengalir serta konflik batin yang ditonjolkan dalam novel ini mampu membuat pembaca terhanyut dan ikut merasakan kejadian demi kejadian dengan seksama. Selain itu, konflik yang dimunculkan dalam novel ini tidak berbelit-belit, hanya menampilkan satu konflik saja. Penggunaan bahasanya juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca.
Dimulai dari awal cerita yang dibumbui dengan adegan romantis, penuh kebahagiaan di mana Arka yang berprofesi sebagai seorang arsitek dan istrinya, Wina yang hanya seorang ibu rumah tangga baru saja mendapat kabar bahagia bahwa Arka mendapatkan proyek triliunan rupiah dari perusahaannya.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama ketika sahabat Wina, Meisya menelponnya dari Hongkong dan mengabarkan bahwa ia sedang memiliki masalah dengan suaminya, Kei. Awalnya, Wina menolak permintaan Meisya yang menginginkan dirinya terbang ke Hongkong dikarenakan suaminya yang tak mampu mengurus kedua buah hati mereka seorang diri.
 Aku harus ke Hongkong!”
“Kamu harus ke Hongkong!” (hal. 38)
Keputusan itu akhirnya diambil Arka dan Wina demi menghindari penyesalan seumur hidup yang mungkin terjadi karena tindakan bodoh Meisya. Awalnya Wina tidak tega meninggalkan Anjani dan Velia dengan Didi – panggilan kedua anaknya kepada Arka. Namun, keputusan berat itu akhirnya diambil dengan persetujuan Arka.
Dari permulaan konflik yang diambil oleh sang penulis, dapat kita lihat bahwa penulis sedang berusaha membuat tulisannya memikat hati pembaca dengan menampilkan konflik di awal. Walau konfliknya sederhana dan sering digunakan, namun tema keluarga yang dikonsep dan diusung oleh penulis dalam ceritanya ini sudah mampu tergambarkan dari awal cerita ini bergulir.
Konflik mulai ditampilkan oleh penulis saat Wina sudah berangkat ke Hongkong dan sang suami, Arka harus memulai kehidupannya yang baru walau hanya sementara. Mulai dari membangunkan, memandikan, menyiapkan sarapan, hingga mendongengkan kedua putrinya, ia lakukan seorang diri. Padahal, selama ini, Arka tidak pernah turun langsung dalam mengurus kedua putrinya. Ia hanya sibuk mengurus pekerjaannya saja dan mengumpulkan pundi-pundi uang karena ia menganggap bahwa kebahagiaan keluarganya hanya dapat dibeli dengan uang.  
“MUTIII...!” suara Anjani dan Velia bertambah kencang.
“UDAAAHHH!” balas Arka tak kalah kencang.
Mendengar teriakan Arka yang tak biasa mereka dengar, Anjani dan Velia mendadak diam. Arka tertegun. Ia takjub sendiri. Ia melempar pandang ke Anjani kemudian Velia. Ia masih tak percaya dengan prestasinya yang berhasil mendiamkan kedua anaknya.
Sayangnya, ketenangan ini tak berlangsung lama. Sesaat kemudian, Anjani dan Velia menangis kencang. Arka hanya bisa memegangi kepalanya yang pusing tujuh keliling. (hal. 43)
Kutipan dialog dan narasi tersebut menggambarkan bagaimana stress-nya Arka yang tiba-tiba harus menjadi orangtua tunggal dalam mengurus kedua putrinya, walau hanya sementara waktu. Di sinilah tergambar bagaimana sosok ayah zaman sekarang yang mayoritas memang hanya fokus terhadap karir tanpa pernah memikirkan perkembangan sang buah hati, sehingga mereka pun merasa tak dekat dengan sosok sang ayah. Bahkan, Arka juga tak mengetahui bahwa putri keduanya, Velia alergi terhadap Siomay udang. Komunikasi yang terjalin antara seorang ayah dengan anak pun baru terjalin sejak Wina pergi ke Hongkong. Ia pun merasakan langsung bagaimana lelahnya Wina dalam mengurus kedua putrinya.
Di bagian ini terlihat bahwa penulis mengambil isu sosial yang memang terjadi di zaman sekarang ini. Jika konfliknya ditelisik lebih dalam lagi, bukan tak mungkin sosok ayah akan hancur dalam novel ini. Untungnya saja, penulis tak menggambarkan sosok Arka hanya dari segi ketidakpeduliaannya saja. Walau Arka memang digambarkan sebagai sosok ayah yang “bodoh” dalam mengurus anak, sisi kegigihan dan perjuangan dalam memerangi “kebodohannya” itu juga patut diacungi jempol. Tak banyak ayah yang mungkin jika dihadapkan pada kondisi seperti itu mampu berjuang layaknya Arka. Disamping ia harus berjuang mengurus kedua putrinya, ia juga harus memikirkan presentasi proyek triliunan bersama Fuad, Ica dan 3 orang juniornya di perusahaan yang akan diselenggarakan 2 minggu ke depan.
     Konflik novel ini sedikit padam ketika suatu hari Arka yang sedang menemani Anjani dan Velia les balet dan drama, bertemu dengan PEMBAJAK (Perhimpunan Bapak-Bapak Jaga Anak) yang terdiri dari: Togar, Arie, dan Kaka. Mereka sangat membantu Arka, apalagi Togar. Ia sangat membantu Arka hingga akhirnya Arka bisa mengepang rambut Anjani dan Velia ala Queen Elsa.
     Namun, masalah yang telah padam itu tidak berlangsung lama. Masalah kembali muncul di kehidupan Arka ketika Bosnya menelpon Arka. Bosnya menelpon Arka dan mengabarkan bahwa Arka dan timnya harus mempresentasikan proyek triliunan rupiah keesokan harinya. Padahal, Arka sudah berjanji kepada anaknya bahwa ia akan menghadiri pementasan drama “Timun Mas” mereka.
     Hari yang dinantikan itu pun datang. Arka bergegas datang ke kantor untuk melakukan presentasi proyek triliunan rupiah bersama timnya. Usai presentasi, ia langsung berangkat ke tempat pementasan drama kedua putrinya. Namun, kondisi ibukota yang macet memaksanya untuk turun dari mobil dan berlari untuk meneruskan perjalanannya menuju ke tempat putrinya. Selain itu, di tempat pementasan drama, Opa dan Mayang – panggilan untuk kakek dan nenek, sudah diminta oleh Wina untuk melakukan panggilan video agar Wina bisa melihat kedua putrinya di atas pentas. Akan tetapi, Opa dan Mayang tidak tahu bagaimana caranya melakukan panggilan video sehingga Wina merasa kecewa dan semakin stress.
Di sisi lain, di tempat pementasan drama, Arie yang mulai cemas karena Arka yang tidak kunjung sampai ke pementasan drama mulai memikirkan cara agar Arka cepat sampai ke pementasan drama putrinya. Arie pun menelpon Togar dan memintanya untuk menjemput Arka agar ia segera sampai di tempat pementasan drama itu berlangsung.
Togar pun segera datang menjemput Arka. Sepanjang perjalanan, Togar yang melihat Arka gelisah pun terus mengajaknya berbincang. Setelah Arka dan Togar sampai di pementasan drama, Arka pun langsung memberikan semangat dan dukungan kepada kedua putrinya sambil mengangkat-ngangkat kedua tangannya bahwa ibu mereka pun juga melihatnya dari panggilan video. Dan pada saat itu juga, setelah Anjani dan Velia mengetahui jika ayahnya sudah sampai di pementasan drama, wajah mereka pun makin berseri-seri dan membuat mereka bersemangat karena kedatangan Arka dan wajah ibunya yang berada di pementasan drama. Mengetahui sikap ayahnya tersebut, membuat Anjani dan Velia bersemangat. Dan sampai akhirnya drama selesai, penonton bertepuk tangan heboh. Dan mereka pun berfoto bersama.
Bagian ini benar-benar menggambarkan bagaimana perjuangan Arka yang awalnya tak peduli terhadap anak-anaknya menjadi begitu peduli hingga mau berjuang walau mungkin yang terlihat hanya hal sederhana, yaitu: datang ke pementasan drama. Namun, kondisi ini sebenarnya sangat dibutuhkan bagi anak-anak seusia Anjani dan Velia yang secara psikologis masih sangat tergantung terhadap mood, sehingga dukungan sekecil apapun sangat mempengaruhi mereka.
Novel ini pun ditutup dengan adegan yang cukup mengharukan. Dua hari kemudian setelah tragedi pementasan drama itu, Arka, Anjani, dan Velia menjemput Wina yang baru saja tiba dari Hongkong. Anjani dan Velia pun langsung memeluk Wina, melepas kerinduan dan menceritakan segala hal yang telah terjadi di rumah selama ia pergi ke Hongkong.
Novel ini mengajarkan kita untuk belajar tegar menghadapi permasalahan, terus melangkah maju meskipun masalah tersebut sangat berat dipikul. Belajar menghargai hidup, menghargai persahabatan, serta belajar memahami keikhlasan.
Untuk kelemahan, saya melihat sedikit kejanggalan dalam novel ini. Sosok Meisya yang digambarkan dalam novel ini sangatlah tidak dewasa, padahal ia sudah berkeluarga. Sekalipun memang Meisya adalah sosok yang manja, namun seharusnya perkembangan psikologis Meisya sudah berubah seiring bertambahnya usia. Apalagi, di sini terlihat bahwa Wina sudah memiliki anak 2 yang bisa diprediksikan usianya sudah 5 dan 4 tahun. Sementara sang penulis juga menceritakan bahwa Wina dan Meisya telah bersahabat sejak SMA, yang bisa diartikan bahwa umur keduanya sama. Logikanya, jika Wina sudah berkeluarga dan memiliki anak yang sudah berusia 5 dan 4 tahun, pastilah umur Wina sudah di atas 25 tahun, begitu pula Meisya.
Novel yang dikemas begitu apik oleh Silvarani ini memang sudah tak diragukan lagi kualitasnya. Apalagi ditambah dengan diadaptasinya novel ini ke dalam bentuk film. Sepak terjang Silvarani dalam dunia menulis bukanlah baru-baru saja. Setelah lulus dari Sastra Prancis UI dan Magister Ilmu Komunikasi UI, ia melanjutkan hobi menulisnya dan berhasil menerbitkan novel-novel keren lainnya, seperti: Bintang Jatuh (2014), L’Amore Di Romeo (2015), Love In Paris (2016), dan novelisasi Ada Apa Dengan Cinta? (2016).

Menjadi Generasi Muda Muslim Sejati dalam Membangun Kembali Kebangkitan Islam di Era Digitalisasi

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

      Apa kabar, Sahabat Salsa semuanya? :) Alhamdulillah, sampai detik ini Salsa bisa kembali bercuap-cuap dengan sahabat sekalian melalui postingan blog kali ini. Mungkin, rasanya seperti sudah bertahun tahun Salsa meninggalkan blog ini. Kalau diibaratkan denga rumah, mungkin blog ini sudah menjadi rumah tua yang dihuni oleh ratusan laba-laba pemalas yang sedang menunggu datangnya makanan mereka di sarang tua nan rapuh. Hihihihi .-.
     Sebelumnya, Salsa mau minta maaf karena Salsa udah jarang banget ngeblog sekarang. Mengingat jadwal Salsa yang sekarang sudah begitu padat, dikarenakan sekarang Salsa udah jadi anak asrama. Inget yaaa, anak asrama. Bukan anak pondok :D (Paling kesel dibilang anak pondok wkwkwk :v Padahal sama aja meaning-nya, mah). Ah, sudahlah. Dari pada terlau panjang muqaddimahnya, mending kita langsung aja yuk masuk ke bagian intinya. Check this out! :D
     Mungkin, selama ini postingan di blog Salsa, Salsa sering banget ngepos cerpen, cerita, pengalaman, dan juga curcol-curcol gaje Salsa wkwkwk :v Tapi, kali ini Salsa mau ngangkat sedikit topik yang agak serius (emang Salsa bisa serius, ya? Bukannya sering rada-rada gitu'-'). Jadi, di postingan kali ini, Salsa mau ngebahas soal bagaimana "Menjadi Generasi Muda Muslim Sejati dalam Membangun Kembali Kebangkitan Islam di Era Digitalisasi". Tumben, bahas ginian? '-' Hehehe :D Yaaa dong. Mengingat, sekarang udah banyak banget jenis-jenis sosial media yang bermunculan akibat adanya era digitalisasi a.k.a 4.0 era. Nah, dari pada dimanfaatin cuma untuk sekadar eksistensi dan kepuasan diri, lebih baik kita sebagai generasi mudanya Islam mulai belajar untuk kembali membangun kebangkitan Islam seperti di masa silam. Mungkin, ini lebih kayak jurnal ilmiah yang udah Salsa dahulukan dengan riset mini selama beberapa minggu. Bismillah, semoga bermanfaat bagi kita semua. Yuk dilahap sampai habis! :)

Sumber: Google.com

       Agama merupakan salah satu aspek penting yang tidak terlepas dalam kehidupan manusia. Munculnya agama dilandaskan atas dasar keadaan atau kondisi masyarakat yang saat itu berada dalam situasi yang kacau. Seperti banyak terjadinya peperangan, diskriminasi terhadap kaum perempuan, perbudakan sampai homoseksualitas. Oleh karena itu, agama muncul sebagai sistem yang berfungsi untuk mengontrol kehidupan dan menjadi pedoman hidup bagi manusia.
      Islam merupakan salah satu agama yang muncul dan eksis dikalangan masyarakat.  Islam pertama kali diturunkan kepada nabi Muhamad SAW di Mekah pada zaman jahiliah (kebodohan), dimana mayoritas masyarakatnya merupakan penyembah berhala. Oleh karena itu, agama muncul sebagai pengontrol dan pembatas dalam pola kehidupan manusia baik secara individu maupun masyarakat pada saat itu.
         Setelah nabi Muhammad wafat, banyak penerus – penerusNya yang menyiarkan ajaran Islam, salah satunya adalah dengan cara dagang. Perkembangan agama Islam semakin lama semakin berkembang hingga masuk ke Indonesia terutama di Semenanjung Melayu dan Nusantara. Pengenalan Islam di Indonesia diawali melalui perdagangan. Penyebaran Islam dilakukan dengan cara bertatap muka atau kepada sekelompok pedagang dari bangsa Arab dan India.  Selain dengan cara perdagangan, Islam juga datang ke Indonesia melalui cara pendidikan, wayang, perkawinan dan sebagainya.
        Perkembangan Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari peranan tokoh-tokoh pada masa itu seperti Wali Songo yakni Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, dan Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Banyak dari mereka yang mendirikan pondok pesantren dan melakukan pertunjukan wayang hingga membuka forum diskusi (dakwah) untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang lebih efektif.
       Dakwah merupakan metode yang dilakukan oleh seorang pemuka agama (da’I) dalam menyampaikan atau menyiarkan dakwahnya. Secara etimologis dakwah itu sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan permintaan.
       Seiring dengan perkembangan zaman, kini metode berdakwah tidak lagi hanya dalam diskusi atau membuka forum tertentu saja. Tetapi, dakwah juga dilakukan dengan cara yang lebih modern dalam artian tidak hanya melalui percakapan dalam forum diskusi melainkan memanfaatkan adanya teknologi melalui media seperti televisi, radio, artikel sampai media jejaring sosial.
       Munculnya teknologi yang kini juga semakin maju, membuat beragam media komunikasi bersaing dalam memberikan informasi tanpa batas walaupun dari kemajuan teknologi tersebut dapat berdampak positif ataupun negatif. Perkembangan teknologi banyak dimanfaatkan dan dikonsumsi masyarakat luas, salah satu contohnya adalah penggunaan jasa internet dan beragam media sosial didalamnya yang kini juga dimanfaatkan para pendakwah untuk menyiarkan agama Islam khususnya di Indonesia itu sendiri.
       Hal tersebut juga tidak terlepas dari banyaknya pengguna jasa sosial media yang ada di Indonesia. Sebuah survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi negara ini.
       Melihat kondisi masyarakat yang sudah banyak memanfaatkan kemajuan teknologi, banyak pula para pemuka agama yang memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk menyiarkan ajaram agama islam, seperti yang di lakukan oleh Rumah Qur’an Syekh Ali Jaber Purwokerto. Mereka menggunakan media sosial antara lain facebook, twitter, hingga BlackBerry Messenger untuk berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam.
       Perspektif pendakwah dalam menggunakan media sosial Penyebaran agama Islam tidak terlepas dari peran seorang pemuka agama dalam menyampaikan dakwah. Dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah dijalannya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai sebagai ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
       Kemunculan media memberikan kemudahan untuk lebih menjangkau masyarakat luas. kemudian, media sosial khususnya juga memberikan berbagai kemudahan lain seperti lebih cepat, dapat menyampaikan dakwah secara singkat, simpel dan luas. Peran media sosial dalam berdakwah kini juga menjadi sangat penting karena melihat kondisi masyarakat khususnya Indonesia yang semakin banyak menggunakan media sosial.
       Banyaknya pengguna internet merupakan salah satu pendukung dari adanya dakwah dalam media sosial. Mereka memanfaatkan media sosial sebagai wadah baru untuk lebih berkembang. Para ulama memanfaatkan media sosial sebagai jalur dakwah yang efektif. Kemudian, ia juga menyatakan bahwa penggunaan internet oleh masyarakat saat ini telah menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari. Hal tersebutlah yang menjadi potensi besar untuk mengembangkan dakwah melalui media sosial.
       Hal lain yang mendukung munculnya dakwah melalui media sosial adalah karena banyaknya masyarakat yang masih awam tentang pengetahuan agama, sehingga menjadikan para ulama berinisiatif untuk melakukan dakwah melalui media sosial dengan tujuan mengajak masyarakat untuk lebih memanfaatkan internet sebagai suatu wadah untuk menambah ilmu pengetahuan.
      Di era digitalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali generasi 4.0 yang malah menyalahgunakan kecanggihan teknologi di zaman sekarang ini. Banyak sekali remaja, khususnya remaja muslim yang sering sekali menggunakan sosial media yang mereka miliki sebagai ajang pamer dalam balutan kehidupan hedonisme yang terkadang hanya rekayasa belaka. Setiap kali ada kegiatan, mereka selalu mengunggah foto dengan berbagai macam gaya untuk menarik jutaan pasang mata yang akan melihat dan menyukai foto mereka tersebut. Bahkan, yang lebih parahnya, banyak sekali remaja yang sering menggunakan akun sosial media yang mereka miliki sebagai ajang memamerkan pasangan masing-masing yang tentunya belum diikat dalam “kehalalan”.
Padahal, sebagai seorangremaja muslim, kita bisa memanfaatkan era digitalisasi ini sebagai media dakwah untuk menyebarkan dan membangkitkan kembali kejayaan Islam yang dulu pernah berdiri tegak di muka bumi ini. Seperti yang kita ketahui, Islam pernah berjaya di masa silam. Ilmu pengetahuan, teknologi dan juga budaya Islam pernah menjadi kiblat bagi seluruh dunia. Islam pernah berjaya di masa Abbasiyah dengan melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang membawa inovasi baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan di muka bumi, seperti: Ibnu Rusyd, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Batani, Al Khawarizmi, Umar Khayyam, Tsabit bin Qurrah dan masih banyak lagi.
Namun, sekarang keadaannya telah berubah seratus delapan puluh derajat. Kejayaan Islam perlahan mulai runtuh dan tergantikan dengan budaya barat yang dianggap lebih relevan dan pantas untuk diterapkan di era digitalisasi seperti sekarang ini. Oleh sebab itu, dakwah melalui media sosial diperlukan di era digitalisasi seperti sekarang ini. Ini adalah salah satu wujud pemanfaatan arus globalisasi yang terus berkembang semakin pesat agar Islam tak lagi dikatakan sebagai agama yang kuno dan ketinggalan zaman.
Di abad ke-21 ini, teknologi sangat berperan vital terhadap kehidupan manusia. Alat-alat digital sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan lagi. Semua aktivitas manusia tak bisa lepas dari alat-alat digital, seperti: gadget, ponsel, laptop, komputer, handycam, dan alat-alat digital lainnya. Manusia seolah terhipnotis dengan kecanggihan alat buatannya tersebut. Kemudahan yang mereka dapatkan membuat manusia dengan mudahnya mendewakan alat-alat digital. Alat-alat digital ini seolah memiliki magnet yang mampu menarik jutaan manusia untuk terikat dengan mereka.
Hal itulah yang dapat memunculkan dampak buruk era digitalisasi terhadap kehidupan manusia. Era digitalisasi akan memunculkan pola konsumtif di tengah kehidupan manusia di mana manusia selalu ingin memperoleh alat-alat digital terbaru demi kepuasaan semata. Era digitalisasi juga membuat manusia memiliki kecenderungan untuk bergantung kepada teknologi, seperti: gadget, internet dan juga media sosial. Ketergantungan inilah yang pada akhirnya mampu mengubah kebiasaan umat muslim untuk meninggalkan kewajibannya terhadap Allah Swt. Banyak di antara umat Muslim yang sering mengulur-ulur waktu untuk menunaikan ibadah shalat fardhu. Di dalam Q.S. Al-Ma’un: 4-5
 فؤيل للمصلين الذ ين هم عن صلا تهم سا هو
Artinya: Maka kecelakaanlah  bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.

Selain itu, era digitalisasi juga menjadi salah satu faktor penyebab kemunduran Islam[1]. Padahal, Islam pernah berjaya di masa Daulah Abbasiyyah. Pada saat itu, kehidupan peradaban Islam sangatlah maju, sehingga pada masa itu dikatakan sebagai zaman keemasan Islam. Umat muslim sudah berada di puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi, keuangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir pada masa itu. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor pendukung yang berperan penting dalam kejayaan Islam di masa Daulah Abbasiyyah, antara lain:
1.    Penerjemahan buku berbahasa asing seperti halnya Yunani, Mesir, Persia, India dan lain-lain kedalam bahasa Arab dengan sangat gencar.
2.    Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh kaum muslimin itu sendiri.

Pada masa itu, aktivitas penerjemahan sedang gencara dilakukan oleh kalangan masyarakat Muslim (bangsa Arab). Aktivitas penerjemahan bukan hanya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab tetapi juga sebaliknya. Meskipun bahasa lain diizinkan, bahasa Arab lebih diutamakan karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur'an yang menjadi lingua franca ilmiah di seluruh wilayah kekaisaran.[2]
Fakta sejarah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan menjadi salah satu kebangkitan Islam di samping kekuatan akidah dan akhlaknya. Ilmuwan muslim tidak cepat puas terhadap apa yang didapatkannya. Misalnya, Ibnu Sina yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran juga menguasai ilmu-ilmu lain, seperti matematika, fisika dan logika. Di usianya yang baru menginjak 5 tahun ia telah mempelajari al-Qur’an Lima tahun kemudian ia telah mampu menghafalnya. Bahkan menurut pendapat sebagian kalangan, Ibnu Sina sudah mampu menghafal Al-Qur’an pada usia 5 tahun.[3] Kecintaannya terhadap Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan mengantarkannya kepada keberhasilannya sebagai Master Kedokteran.
Disamping itu, media massa juga menjadi faktor pendukung kemunduran Islam di era digitalisasi seperti sekarang ini. Media massa di dunia banyak menayangkan berita negatif yang semakin menyudutkan umat muslim di seluruh dunia. Islam mulai dikecam oleh orang-orang non-muslim yang enggan membuka mata untuk mencari kebenaran yang ada. Islam dipandang sebelah mata lantaran ambisi umatnya yang terlalu berlebihan sehingga menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat dunia. Hal ini dapat dilihat dari kasus ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan menyimpang dari prinsip-prinsip jihad. Mereka telah melakukan aksi-aksi brutal dengan membawa nama Islam dan juga Allah di setiap aksinya. ISIS telah mengubah pandangan dunia terhadap Islam yang perlahan mulai berubah sejak pengeboman World Trade Center (WTC) 11 Sepetember 2001. Belakangan ini, Islam kembali dipandang sebagai agama radikal dan fanatik yang menganut paham terorisme akibat munculnya ISIS. Kekhilafahan Islam yang dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi ini telah banyak melakukan tindakan brutal, diantaranya:
a. Memotong kepala salah satu mujahid dan Ahrar Syam yang sedang dirawat di rumah sakit,
b. Pengeboman terhadap anak-anak dan kaum perempuan di kota Shaheel di Derr Zour,
c. Pasukan Baghdadi melakukan pembantaian mengerikan terhadap tahanan kota Hareem, membunuh 30 warga sipil dan pejuang,
d. Pasukan Baghdadi membunuh Syaikh Abu Sulaiman Al-Hamawi, pemimpin kelompok Jundus Syam,
e.   Pembantaian terhadap kaum revolusioner di pesisir Latakia setelah memberi mereka  janji keselamatan dan memutilasi jasad mereka[4].
Selain itu, Tragedi Mina yang baru-baru ini terjadi juga memberikan pandangan negatif terhadap agama Islam. Berita ini menyebar begitu cepat lantaran banyaknya media massa yang memberitakan berita ini. Pandangan-pandangan negatif pun kembali bermunculan. Dalam waktu beberapa jam, pemberitaan sudah semakin meluas dan berkembang semakin spesifik.
Namun, di sisi lain keterpurukan Islam dalam berbagai aspek selama ini juga disebabkan oleh faktor internal, yaitu: umat muslim sendiri. Kita tak bisa menyalahkan era digitalisasi. Karena sesungguhnya, era digitalisasi juga membawa dampak positif yang besar bagi umat muslim. Era digitalisasi justru dapat membantu generasi muslim untuk melebarkan kembali sayap kejayaan Islam yang pernah ada sebelumnya.
Semua permasalahan ini berakar dari dalam diri umat muslim sendiri. Banyak diantara umat muslim yang menyalahgunakan kemudahan yang mereka dapatkan dari era digitalisasi sekarang ini. Aturan-aturan dan juga pedoman di dalam Al-Qur’an perlahan mulai dilupakan dan juga ditinggalkan umat muslim di dunia. Peradaban materialisme telah menipu umat Islam yang pada akhirnya berhasil mendominasi ke dalam peradaban Islam. Umat Islam dibuat tak berdaya di hadapan invasi intelektual Barat.
Selain itu, kepemimpinan yang tidak bersih, kesibukkan penguasa Muslim dengan urusan pribadi dan melemahnya semangat amar makruf nahi munkar menjadi faktor-faktor yang semakin membuat Islam terpuruk[5]. Akan tetapi, kita juga tak bisa menutup mata akan adanya propaganda yang terjadi di antara umat Muslim, seperti: ISIS, Tragedi Mina, juga beberapa kasus yang terjadi berturut-turut di kota Mekkah pada musim haji tahun ini.

Gagasan Membangun Kembali Kebangkitan Islam dengan Membentuk Generasi Muslim Sejati
Gerakan kebangkitan Islam adalah kecaman terhadap kemandegan umat muslim di dunia. Gerakan ini juga sebagaimana diungkap Khursid Ahmad (1987:285) merupakan pengungkapan kembali iman di dada dan dimensi ini banyak diabaikan dalam tulisan Barat. Mereka sering beranggapan bahwa hal ini sekadar pengaturan kembali masalah politik dan sosial. Kebangkitan Islam merupakan kebangkitan kembali dan penguatan iman, sekaligus membangun kembali moral dan watak sang individu.
Gerakan kebangkitan Islam dapat dimulai dengan membentuk generasi muslim sejati di era digitalisasi seperti sekarang ini. Kita harus mampu membentuk umat muslim yang senantiasa ber-akhlakul karimah baik terhadap sesama muslim maupun non-muslim.
Salah satu gagasan untuk membangkitkan Islam adalah dengan kembali mempelajari Al-qur’an dan isinya. Baru-baru ini, didapatkan sebuah penelitian baru mengenai kandungan air di dalam tubuh manusia. Dikatakan bahwa tubuh manusia mengandung sekitar 75% air dan 25% zat padat. Sementara itu, di dalam otak terdapat 85% air dan sangat sensitif terhadap dehidrasi atau penipisan kadar airnya. Otak dimandikan terus-menerus dalam cairan serebrospinal asin. Pemahaman kimia dari tubuh manusia membawa konsentrasi hampir total dari penelitian ke dalam molekul komposisi dan menit fluktuasi rinci dari materi padat dalam tubuh.[6]
Penelitian ini sudah lama tertuang di dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 30.
اولم ير لذين كفروا ان ا اسموت وا لا ر ض كا نتا ر تقا ففتقنهما ؤ جعلنا من ا لما ئ كل شي ئ حي ئ ا فل يو منو ن

Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak melihat bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu hidup. Maka apakah sehingga mereka tidak beriman?’
Kenyataan inilah yang dapat kita jadikan pedoman untuk semakin mendukung kita untuk kembali merujuk kepada Al-Quran demi membangkitkan kembali kejayaan Islam. Salah satunya melalui ilmu pengetahuan yang berbasis Al-qur’an.
Selanjutnya, dalam usaha untuk membangun kebangkitan Islam, dibutuhkan kajian yang dapat dijadikan petunjuk dalam bertindak. Dalam hal ini Allah secara gamblang telah membukakan gerbang pemikiran untuk umat Islam agar tidak slah dalam mengambil tindakan. Di dalam surah Yusuf ayat 111 Allah SWT menegaskan tentang kisah Nabi Yusuf as. Dan kisah-kisah para Rasul lain yang disampaikan-Nya bahwa demi Allah, sungguh pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.[7]
Gagasan-gagasan di atas dapat kita gunakan untuk melenyapkan topeng dan menyingkap kepalsuan peradaban modern dan kedustaan propagandanya. Setelah berbagai kehancuran dan krisis yang menimpa umat, mereka baru tersadar bahwa mereka telah dikalahkan dan dimanfaatkan oleh kekuatan yang menjarah kekayaan dan potensinya. Jelaslah di hadapan umat bahwa semua ingin menjarah kekayaan sumber dayanya, menghinakannya, menjajahnya dan menjauhkannya dari nilai-nilai, akidah dan pemikiran Islam. Jelas pula bahwa konflik peradaban adalah konflik kepentingan yang tidak memberikan manfaat bagi umat Islam kecuali semakin bertambahnya kekalahan, keterbelakangan dan kemunduran[8].
Fakta-fakta ini telah membuka mata para korban penindasan dan penjajahan ini, sehingga mendorong mereka untuk mencari seorang juru selamat. Maka, bangkitlah para ulama, pemikir dan reformis untuk memenuhi tantangan dan konflik peradaban kontemporer. Gesekan budaya dan konfrontasi yang sengit antara Islam dan budaya materialisme untuk melawan dominasi dan kontrol asing atas Islam dan rasa tanggung jawab terhadap prinsip amar makruf nahi munkar dan Jihad di jalan Allah Swt., semua itu menjadi faktor-faktor yang membuka jalan bagi peluncuran kebangkitan Islam di zaman kita sekarang.
Oleh sebab itu, yuk mulai dari sekarang menjadi generasi muslim sejati yang cerdas dan berkualitas dengan memanfaatkan era digitalisasi sekarang ini! Kita bangkitkan kembali kesuksesan besar yang pernah diraih oleh Islam di masa silam. Ingat! Kesuksesan besar diraih dari usaha dan pengorbanan yang kasar. Berkorbanlah sampai bersimbah darah karena sukses bukanlah hadiah! Jadikan usaha kita sebagai Jihad fi Sabilillah dan serahkan semuanya kepada Allah Azza wa Jalla. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? 

Salam damai,


Salsa Putri Sadzwana







[1] Rizkiyansyah, Beggy. “Umat Islam dan Media Massa dalam Pergulatan Wacana. 17 Mei 2013. https://www.islampos.com/umat-islam-dan-media-massa-dalam-pergulatan-wacana-58336/
[2] Mohamed, Mohaini. 2004. Matematikawan Muslim Terkemuka. Jakarta : Salemba Teknika
[3] S. Rahmawaty., S.IP., M.AG., Indira. 2009. Ibnu Sina Tokoh islam, Master Kedokteran Dunia. Bandung : Makrifat
[4] Arrahmah.com. “Deretan Kejahatan Kelompok ISIS”. 20 Februari 2015. http://www.arrahmah.com
[5] Firdaus, F. 2014. Revivalisme Islam dan Perkembangannya di Indonesia.
[6] Batmanghelidj, M.D. F. 2003. Water: For health, for healing, for life. New York : Warner Books, dengan terjemahan
[7] Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jakarta : Lentera Hati
[8] Adnan bin Abdullah Al-Qattan. “Kebangkitan Islam dan Keniscayaan Intelektual”. 21 Mei 2013. https://saripedia.com

Spooky Stories: Revenge [Novel Misteri]

Assalammu’alaikum

Terkadang, kegembiraan harus dibagikan dengan orang lain. Nah, dalam postingan kali ini, Salput ingin berbagi kebahagian dengan kalian semua^_^

Alhamdulillah. Beberapa waktu yang lalu Salput dapat kabar dari sahabat dumay yang pualinggggg baikkk, Sherina Salputbila. Di akun facebook-nya yang ramai bak Singapura itu, ia membagikan sebuah foto yang disebarluaskan oleh Spooky Stories. Wah, foto apa tuh?  Fotonya bukan foto sembarang foto dan tentunya bukan foto murahan juga. Taraaa…

Spooky Stories Revenge^_^ Only Rp34.000 at bookstores all around Indonesia
Ini dia penampakan cover buku Salput yang terbaru. Kali ini, datangnya dari Spooky Stories dengan judul REVENGE. Awalnya sempet nggak percaya karena prosesnya terkesan begitu cepat. Namun, begitu dikonfirmasi kepada kak Hadi (editor anak & remaja Nourabooks), ternyata berita itu benar. Yaudah, deh. Salput langsung nge-save foto itu dan promosi buku baru pun dimulaiii…

Sebelum membahas proses promosi yang banyak menyimpan kejadian lucu, Salput mau membahas dulu cover Spooky Stories Revenge ini. Sebenarnya, Salput udah liat penampakan cover-nya sejak beberapa minggu yang lalu. Tapi, karena novelnya masih coming soon, alhasil belum berani Salput publish di socmed. Pas serah terima cover itu pun (bahasanya-__-) sang ilustrator alias kak Jj Wind berpesan untuk tidak mempublish cover-nya terlebih dahulu. Jadinya, tuh cover Salput endapin dulu selama beberapa minggu dalam file laptop.

Selama berhari-hari, setiap buka laptop, Salput selalu buka cover buku itu. Tujuannya apa? Biar jadi pelecut untuk terus berkarya dan berkarya. Tapi sayangnya, untuk saat ini Salput nggak bisa terus-terus nulis kayak dulu. Kalau dulu kan pulang sekolah bisa langsung nulis sampai lembur dan lupa makan (eh, kayaknya pas nulis ngemil mulukk deh kerjaannya.__.), nah kalau sekarang nggak bisa kayak gitu. Kenapa? Karena, UN sudah mulai dekattttt *Teriakpaketoa*.

Semua jadwal belajar harus dipadetin, bener-bener dipadetin hingga pepat kayak bumi. Nggak ada waktu buat main-main lagi. Semua kegiatan yang kurang penting, bener-bener harus dikurangin. Bahkan, di saat film-film bagus dan kerennn berseliweran di bioskop tanah air, Salput hanya bisa gigit jari sekaligus makan hati. Nyesek rasanya. But, let’s be mature. Semuanya pasti akan terbayar nanti. Insyaallah, perjuangan sampai muntah darah (nggak segitunya juga kaliii) akan terbayar nanti. I believe that Allah always guide me to pass his trials.

Selain itu, ada hal lain yang buat Salput ingin terus-terusan mandang cover Spooky Stories Revenge. Sejak pandangan pertama, Salput memang udah jatuh cinta bangetttt sama tuh cover. Kenapa? Karena asli, cover-nya seremmm bingo. Bikin hati dag-dig-dug sekaligus merinding mambooo setiap ngeliatnya. Two thumbs up buat kak Jj Wind ^_^ Massive thanks for your great work. I dunno what can I do without you, without your ability in art.
Ilustrasi langsung dari kak Jj Wind:) Keren kan?

Akhirnya, setelah diendapin dan untungnya nggak berjamur, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Revenge sudah selesai cetak dan sudah mulai di-distribusikan ke toko buku seluruh Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Semuanya ada :)

Yuhuuu^_^ Spooky Stories Revenge

Dan Alhamdulillahnya lagi, beberapa hari setelah kabar gembira itu Salput bagikan di Socmed, pak pos yang baik hati datang ke rumah nganterin paket dari Nourabooks. Kebetulan, pak pos yang nganterin udah ck banget sama keluarga Salput karena dia paling sering ngaterin paketan ke rumahku. Jadinya, paket itu nggak perlu nyasar lagi kayak dulu-dulu. Dan intinya, nggak perlu buat mama berantem lagi sama tetangga.-. (don’t ask me how it can occurs).

Pas pulang sekolah, mama langsung ngasih tahu kalau ada paket dari Nourabooks. Karena dari bentuknya udah mirip kayak bukti terbit, dibukanya pun harus pelan-pelan. Bener-bener pelan sampai buat mama kepo dengan isinya. Dan akhirnya pas dibuka mama langsung sumringah dan buru-buru ambil kacamatanya. Nggak tahu deh itu novel bener-bener dibacanya atau nggak. Tapi, sejauh penglihatanku, mama cuma bolak-balik tuh cover buku (depan-belakang) terus sama cari bagian yang ada namanya doang-___-

Novel Spooky Stories Revenge pas udah di tangan^_^


Besoknya, Salput pun bawa bukti terbit itu ke sekolah. Awalnya, sih pas masuk kelas mau langsung promosi, cuma keadaannya nggak lagi mendukung. Suasana waktu itu lagi mendung ditambah lagi listrik yang padam, jadinya semua yang udah datang mutusin buat ngumpul di teras depan kelas. Yang cewek-cewek duduk di bangku kayu panjang, sementara yang cowok-cowok duduk di pagar besi pembatas (jangan ditiru yaaa). Semuanya pada cerita-cerita. Dan waktu itu, anak cowoknya pada sakau (cuma perumpamaan) semua. Semua nama-nama orang diganti tanpa terkecuali aku.

Pelopornya siapa lagi kalau bukan Dafi. Si buntal pindahan dari Nias yang sampai sekarang masih kental bangett logat bataknya. Tapi sebenarnya, kalau Saput boleh jujur logatnya sama sekali nggak mengarah ke logat batak, tapi lebih ke logat orang Maluku-___-

Jadinya, karena kami semua lagi melebur jadi satu gini, lupa deh kalau mau promosi buku. Pas TO dimulai aja baru inget kalau di dalam tas ada novel baru yang udah kepanasan ingin dipromosiin :D

Singkat cerita, Revenge akhirnya berhasil dipromosiin ke temen-temen. Alhamdulillah dapet sambutan positif dari temen-temen satu kelas. Semuanya pada mau bantuin promosiin di socmed masing-masing (rata-rata, sih, ask.fm).


Makasih banyak buat anak-anak Archi yang udah bantu promosi^_^
Dan anehnya, ada satu kejadian lucu pas Sharen lagi promosi Revenge di ask.fm-nya. Tiba-tiba ada anon yang nyuruh buat pap sama Salput gara-gara dia nggak tau Salput tuh yang mana. Nasib, nasib. Emang, sih, Salput tuh jarang keluar kelas. Alhasil gini, nih, jadi tenggelam. Masih mending kalau cuma tenggelam. Ini udah tenggelam, kelelep dan anehnya masih tetap hidup.___.

Kasian banget si anon nggak tahu Salput yang mana'-'

Gara-gara anon, jadi foto beduaaa bareng ceyeennn:D

Dan alhamdulillahnya lagi, ada yang mau beli novelnya. Makasih banyak ya Cidut dan Alya udah mau beli novel Salput. Thanks a lot weee:)'

Promosi pun nggak cuma sampai di sekolah aja, tapi sampai di tempat les juga. Semuanya pada heboh, bukan heboh mau beli tapi mau minjem-__- But, it’s okay. Berbagi kebahagiaan itu kan indah:)

Dan hasilnya, pas pulang les jadi foto-foto bareng fika plus Spooky Stories Revenge. Thanks ya pikaaa udah mau bantu promosi juga:D
Hayuukkk dibeli bukunya yaaa:D

Selfie bertiga kitaaa^_^







Hingga detik ini, Alhamdulillah sudah ada beberapa orang yang membaca Spooky Stories Revenge dan memberikan komentarnya:)

Komentar dari kak Dzikra Handika, ketos SMK Telkom Medan sekaligus calon siswa pertukaran pelajar ke Amerika Serikat^_^

Komentar dari Kak Dyah Aplriliani, penulis PBC Surprise in Hokkaido^_^

Komentar dari kak Jj Wind, sang ilustrator Revenge

Pokoknya, sepanjang hari itu, nggak ada henti-hentinya ngucapin syukur kepada Allah karena telah menganugerahkan segala macam kenikmatan-Nya. Di setiap napas dan jantung yang berdetak, kita harus selalu ingat Surah Al Kautsar ayat 1: Sesungguhnya Allah memberimu nikmat yang banyak.[]

Wassalammu'alaikum