My Diary: Seminar Pendidikan Part I
Beberapa minggu yang lalu, Salsa disibukkan dengan berbagai macam kegiatan. Semua itu bermula saat Salsa mengikuti seminar pendidikan yang diadakan bimbel O-Friends pada hari Minggu, 18 Mei 2014. Sebenarnya, saat pengumuman seminar itu Salsa nggak tertarik untuk mengikutinya. Apalagi kalau bukan karena nggak ada teman. Yap! Teman satu kelas nggak ada yang berminat buat ikutan seminar itu. Tapi sayangnya, pas sampai di rumah, mama mengetahui brosur seminar itu tanpa sengaja. Dengan berat hati, besoknya Salsa pun mendaftarkan diri untuk mengikuti seminar tersebut -_-
Beberapa hari berselang, seorang teman di dunia maya memberitahukan bahwa dia juga ikut dalam seminar itu. Dia ngajak ketemuan di sana. Aliran semangat dalam darah tiba-tiba jadi terpacu. Akhirnya, bayang-bayang kesepian di sana hilang seketika. Aku pun jadi mengobrol banyak hal dengannya. Mulai dari dresscode yang akan digunakan, ketemuan dimana, sampai bagaimana ekspresi ketika ketemu satu sama lain.
Hari H pun tiba. Dengan diantar mama, Salsa pun pergi ke Suara Nafiri Convetion Hall, tempat diselenggarakannya seminar itu. Karena kami berdua sama sekali nggak pernah ke sana, alhasil kami bulak-balik bertanya ke orang-orang. Awalnya, saat mama bingung harus memilih jalan yang mana, aku menawarkan diri untuk bertanya kepada seorang bapak yang sedang berdiri di samping pohon beringin. Namun, mama melarangku. Pas kutanya, ternyata ia takut dengan penampilan bapak itu yang gadel dan membawa pisau clurit di sepedanya -__-
Dan akhirnya, pilihan mama jatuh pada seorang bapak yang sedang jongkok dipinggir jalan sambil berteleponan dengan sang kekasih (kemungkinan besar). Awalnya, sempat geli liat bapak itu dari kejauhan. Tak sulit bagi kalian untuk membayangkan. Jika belum pernah berjumpa dengan orang seperti ini dipinggir jalan, pasti kalian pernah menemukannya di jamban pinggiran sungai .-.
"Pak, boleh tanya sebentar?" tanya mamaku sopan. Bapak itu menggerakkan tangannya seolah mengisyaratkan agar kami menunggu sejenak.
"Apa?" jawabnya sembari menutup layar dan keypad telepon dengan tangannya. Mungkin, agar kekasihnya itu tidak cemburu dengan obrolan dia dan mamaku wkwkwk :v
"Anu, Pak. Suara Nafiri dimana ya?" Mamaku jadi sungkan untuk bertanya pada bapak itu.
"Tinggal lurus aja. Di sebelah kanan gedungnya. Ganggu saja pun kau ini," jawabnya dengan logat batak yang kental. Dalam hati, aku sedikit dongkol dengan bapak ini. Sementang lagi teleponan sama pujaan hatinya itu, ia jadi berperilaku tak sopan seperti itu. Coba aja yang diseberang telpon itu tahu, pasti langsung dipites kepalanya '-'
Mama pun kembali memacu sepeda motornya, menyusuri jalan raya yang lengang. Mataku terus memperhatikan sisi kanan jalan, mengikuti petunjuk yang diberikan bapak tadi (awas saja kalau salah -_-). Dan akhirnya, kami pun menemukan tempat yang dari tadi kami cari-cari. Namun, mama tak langsung masuk ke halaman gedung itu. Ada keraguan yang terlihat jelas tatkala ia melihat papan-papan bunga yang bertebaran di sekeliling gedung.
"Dek, betul, nih, tempatnya?" ~bersambung~
0 komentar: