Magazine Secret
Ghreta Marsiila Isnain, atau akrab dipanggil Ghreta adalah seorang anak perempuan berambut pirang, tinggi, putih, pintar, dan baik hati. Teman-temannya sering mengira Ghreta mengecat rambutnya agar mirip artis luar negeri. Maklum saja, Ghreta memang nge-fans banget sama artis luar negeri, salah satunya, Britney Spears. Rambut Ghreta yang pirang itu, sebenarnya memang asli. Tapi, karena papanya orang Jerman, sementara mamanya orang Jember, yah.. jadinya, masih ada muka Jawa sedikit, deh. Papa Ghreta adalah orang Jerman yang sudah menjadi WNI (Warga Negara Indonesia). Sementara, mamanya asli orang Indonesia, tepatnya di Jember.
Ghreta dan keluarganya tinggal di daerah Bandung. Ghreta bersekolah di Fantasy School. Kalian mau tahu, kenapa sekolah Ghreta dinamakan seperti itu? Nama yang cukup unik itu bisa kita lihat dari latar dan benda-benda yang ada di sekolah Ghreta. Mulai dari sapu lidi biasa yang ada di langit-langit sekolah (murid-murid lebih sering menyebutnya sapu terbang), jubah nenek sihir, gentong raksasa, dan masih banyak lagi. Hiiii… Seram, ya! Tapi, semua itu tak seseram penampilannya. Yah… mungkin saja headmaster di sekolah Ghreta adalah penggemar film Harry Potter.
**
“Hai
Ghreta,” sapa Lilia sambil menepuk bahu Ghreta. Lilia adalah sahabat terdekat
Ghreta. Maksud sahabat terdekat, karena rumah Lilia dan Ghreta bersebelahan.
Makanya, Ghreta dan Lilia menjalin hubungan persahabatan.
“Hai juga Lilia,” sapa Gretha balik.
“Hai juga Lilia,” sapa Gretha balik.
“Eh,
kamu tahu, enggak?”
“Tahu,” jawab Ghreta yang tiba-tiba memotong perkataan Lilia.
“Tahu,” jawab Ghreta yang tiba-tiba memotong perkataan Lilia.
“Ih…
kamu ini! Kan, aku belum siap ngomong, kenapa dipotong?” gerutu Lilia.
“Ya
udah, deh. Memangnya kamu mau ngomong apa?” tanya Ghreta yang masih tersenyum.
“Katanya,
si Anggi punya majalah dari Paris. Nah, yang aku bingung itu, dia ngakunya
punya majalah itu udah lama. Tapi, kenapa
dia nunjukinnya baru sekarang, ya?” jawab Lilia.
“Terus, urusannya sama aku apa?” tanya Ghreta.
“Terus, urusannya sama aku apa?” tanya Ghreta.
“Mungkin
aja si Anggi itu pencuri majalah kamuuu…,” jawab Lilia. Majalah Ghreta memang
hilang semenjak dua minggu yang lalu. Majalah yang hilang itu adalah majalah “Pets” yang dijadikan buah tangan oleh
papanya yang baru saja pulang dari Paris. Tapi, sayangnya majalah itu hilang
entah ke mana. Terakhir kali, majalah itu ada di loker Ghreta yang terdapat di
kelasnya.
“Jangan
su’udzon. Itu nggak baik, lho,” kata
Ghreta mengingatkan.
“Aku
nggak su’udzon, lho. Hal ini udah aku
selidiki semenjak dua minggu yang lalu. Aku nggak berani berbicara, sebelum ada
bukti,” jawab Lilia.
“Iya,
deh, iya. Tapi, kamu udah dapat bukti belum?” tanya Ghreta.
“Soal
itu, ya udah, dong. Ini dia!” jawab Lilia seraya mengeluarkan sebuah anting
yang berada di dalam plastik kecil.
“Lho?
Kok anting, sih?” tanya Ghreta seraya mengamati anting tersebut.
“Coba
kamu ingat! Ini anting siapa?” seru Lilia sambil senyum-senyum.
“Duh..
Siapa, ya? Perasaan, aku pernah lihat anting ini, deh. Tapi, di mana, ya?” kata
Ghreta yang berusaha keras mengingatnya.
“Ini
tuh antingnya si Anggi yang sombong dan sok paling pertama di kelas,” jawab
Lilia.
“Kamu
dapatnya dari mana?” tanya Ghreta.
“Aku
dapat anting ini di bawah kolong loker kita. Dan itu tepat di bawah barisan
loker kamu,” jawab Lilia. “Sebelum majalah kamu hilang, kamu menaruhnya di
loker kamu, kan?” tanya Lilia.
“Iya,
sih. Tapi, masa Anggi tega nyuri majalah aku?” tanya Ghreta tak yakin.
“Ya
tega, lah. Dia kan ingin selalu jadi nomor satu di kelas, ia ingin
mengalahkanmu,” jawab Lilia yakin.
“Ya
sudah. Lebih baik kita masuk ke kelas dulu,” ajak Ghreta.
“Ya
udah. Yuk! Kayaknya Charys juga udah nunggu,” sahut Lilia.
Saat
menuju kelas…
“Ghreta, Lilia! Sini, cepet!” teriak
Charys yang sudah berdiri di depan pintu kelas.
Ghreta dan Lilia pun segera berlari
menghampiri Charys.
“Ada apa sih, ris?” tanya Ghreta
heran.
“Kalian sebaiknya cepat membuka
sepatu kalian dan segera masuk ke dalam kelas!” pinta Charys seraya melihat keadaan
di luar kelas.
“Iya, iya,” jawab Lilia. Ghreta dan
Lilia pun segera membuka sepatu mereka. Kemudian, mereka langsung masuk ke
dalam kelas.
“Eh, tutup pintunya!” pinta Charys.
Lilia pun segera menutup pintu
kelas.
“Ada apa, ris?” tanya Ghreta.
“Sini, deh kalian berdua!” pinta
Charys seraya melihat laci meja tempat duduk Ghreta.
“Nih!” kata Charys seraya
mengacungkan sepucuk surat ke atas.
“Apaan nih?” tanya Ghreta.
“Aku juga belum tahu. Aku nemuin itu
waktu aku piket tadi. Aku sama sekali belum buka surat itu,” jawab Charys.
Ghreta pun langsung membuka surat
itu. Dan ternyata, isinya:
Hai
putri Ghreta yang lemot, tulalit, dan sok pintar. Lagi kehilangan majalah
kesayangan, ya? Hihihi… Kasihan bengettt… kamu sih nggak pernah jaga majalah
kamu.
Huuuu… Pasti kamu bakal kena marah
sama mama, papa kamu. Apalagi papa kamu yang
beliin majalah itu. Kamu bakal
dimarahi abis-abisan. Dan kamu nggak bakal dapat uang jajan lagi. Hihihi… J
Kasihan banget, ya! L. Ya udah, selamat kena marah ya!
Hahaha…
“Ihhh… nyebelin banget, sih,” ujar
Charys kesal.
“Itu pasti si Anggi,” sahut Lilia.
“Tapi, surat ini surat kaleng,”
jawab Ghreta seraya memutar balikkan surat itu.
“Mana ada maling yang mau ngaku. Kalau ada, penjara udah penuh kali? Betul nggak, ris?” kata Lilia.
“Mana ada maling yang mau ngaku. Kalau ada, penjara udah penuh kali? Betul nggak, ris?” kata Lilia.
“Iya tuh betul kata Lilia,” kata Charys
mendukung Lilia.
Tiba-tiba….
“Assalammu’alaikum! Eh, ada orang.
Kirain, belum ada siapa-siapa,” kata Fani yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Ghreta,
Charys, dan Lilia serentak.
“Eh, nanti kita lanjutin pas
istirahat aja, ya!” bisik Lilia kepada Ghreta dan Charys.
Ghreta dan Charys hanya mengangguk tanda
setuju.
**
5
hari kemudian…
“Ghreta, itu…,” kata Charys yag
tiba-tiba saja datang dengan napas yang masih terengah-engah.
“Itu apa?” tanya Ghreta. “Kamu tarik
napas dulu. Biar rileks,” pinta
Ghreta.
Charys pun langsung menarik napasnya
panjang-panjang, lalu membuangnya perlahan.
“Gini. Tadi, aku lihat Anggi lagi
baca majalah kamu di kantin,” kata Charys yang mulai tenang.
“Hah?” teriak Ghreta yang kaget.
“Tarik napas dulu, Ghret!” pinta
Charys. “Udah siap? Ayo kita pergi sekarang!” kata Charys seraya menarik tangan
Ghreta dan langsung berlari menuju kantin.
Charys dan Ghreta pun langsung
meluncur ke kantin.
Sesampainya
mereka di kantin…
“Ghreta, itu Angginya!” kata Charys
seraya menunjuk ke arah Anggi yang sedang duduk sendirian.
Charys dan Ghreta pun langsung
menghampiri Anggi.
“Ini kan majalahnya Ghreta!” kata
Charys seraya menunjuk sebuah majalah yang dipegang Anggi.
“Kalau iya, emang kenapa?” tanya
Anggi dengan wajah sinis.
“Berarti kamu benar-benar pencuri,”
jawab Lilia yang tiba-tiba datang.
“Aduh… Stoppp!!!” teriak Ghreta. “Kita kan bisa nyelesaiin masalah ini
secara baik-baik. Enggak usah pakai kekerasan dan adu mulut,” ujar Ghreta.
“Tapi, si Anggi kan udah jelas nyuri
majalah kamu,” jawab Charys.
“Iya. Biar….,”
Tiba-tiba…
“Happy birthday to you, happy birthday to you… happy birthday, happy birthday, happy birthday to you…,” semua orang di kantin pun langsung membuat lingkaran di sekeliling Ghreta. Papa dan mama Ghreta datang dengan membawa kue ulang tahun.
“Happy birthday to you, happy birthday to you… happy birthday, happy birthday, happy birthday to you…,” semua orang di kantin pun langsung membuat lingkaran di sekeliling Ghreta. Papa dan mama Ghreta datang dengan membawa kue ulang tahun.
“Mama? Papa? Ma’am Sri, Ma’am Komala,
dan semua ma’am dan sir, kok ada di sini?” tanya Ghreta
heran.
“Ini kan hari ulang tahun kamu.
Mama, papa, dan semua guru yang ada di sini sengaja meluangkan waktu mereka
untuk merayakan hari ulang tahun kamu,” jawab mama.
“Karena kamu murid yang paling
berprestasi di sekolah kita, makanya semua mau setuju untuk merayakan ulang
tahun kamu di sekolah,” kata ma’am Sri.
“Dan juga, kami sengaja ngerjain
kamu dengan cara mencuri majalah kesayangan kamu,” tambah Anggi dengan wajah
berseri-seri.
“Hah? Jadi kalian bertiga ngerjain
aku?” tanya Ghreta meyakinkan perkataan Anggi.
“Yap. Seru, kan? Hahaa….,” tawa
Lilia pun meledak. Anggi dan Charys pun ikut tertawa.
“Apanya yang seru? Tapi, kalian berhasil menipuku habis-habisan. Awas, ya kalian!” kata Ghreta kesal. Pipi Ghreta pun langsung memerah.
“Apanya yang seru? Tapi, kalian berhasil menipuku habis-habisan. Awas, ya kalian!” kata Ghreta kesal. Pipi Ghreta pun langsung memerah.
“Yang penting….,”
“Happy
Birthday, Ghreta,” ujar Lilia, Charys, dan Anggi serentak. Mereka berempat
pun berpelukan.
***
0 komentar: