Maafkan Aku, Loki!

03.38 1 Comments

Assalammu'alaikum!

Dalam postingan blog kali ini, aku ingin menampilkan cerpenku yang pernah diterbitkan di Majalah Soca edisi 19 (Maret 2014). *yang mana, sih?* Ini! Yang ini, lho^_^
Majalah Soca Edisi 19 (Maret 2014)
Yuk mari dibaca:) Semoga dapat menghibur dan bermanfaat bagi kita semua yaaaa^_^

Siang ini matahari tidak terlalu memancarkan sinarnya. Aku, Vania, dan Devi sedang berjalan beriringan dari sekolah menuju rumah kami masing-masing. Kami bertiga adalah sahabat sejak TK. Karena rumah kami berada dalam satu komplek yang sama, kami pun terbiasa pulang sekolah bersama-sama. Agar tidak bosan dan lelahnya tidak begitu terasa, kami sering mengobrol dan bercanda. Selalu ada saja hal-hal aneh yang kami bicarakan.  

“Eh, ada anak kucing!” sahutku seraya menunjuk-nunjuk anak kucing lucu yang berdiam diri di pinggir jalan raya. Kucing itu terus mengeong-ngeong dengan lucu. Aku, Vania, dan Devi pun langsung menghampiri kucing lucu itu. Aku menggendong kucing itu sembari mengelus-ngelus kepalanya yang terasa sangat lembut. Bulu-bulunya yang berwarna putih dan hitam membuat Devi terus bersin-bersin.

“Isss… kamu ini. Buang deh kucing itu. Kamu kan tahu aku alergi bulu kucing,” ujar Devi seraya menutup mulutnya dengan sapu tangan. Aku, dan Vania pun membawa kucing itu menjauh dari Devi. 

Aku dan Vania merasa kasihan dengan kucing lucu itu. Dia terlihat sangat lucu, dan seperti dia baru beberapa minggu lahir ke dunia yang fana ini. Kami berusaha mencari induk kucing lucu itu. Namun, induk kucing itu tetap tidak terlihat juga. Vania pun langsung menyuruhku untuk merawat kucing lucu itu di rumahku.

“Kenapa enggak di rumah kamu aja?” tanyaku kepada Vania.

“Aku melihara anjing, jadi aku enggak mungkin pelihara kucing ini,” jawab Vania yang kemudian langsung mengelus kepala kucing itu. Aku terdiam sejenak. Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk membawa kucing itu ke rumahku. Aku berjanji akan menjaga dan merawat kucing itu sampai dia mempunyai anak.
**
Sudah hampir seminggu aku merawat kucing hitam putih yang kutemukan di tepi jalan raya sewaktu aku pulang sekolah. Kucing yang kuberi nama “Loki” itu tumbuh menjadi kucing sehat yang sangat cantik. Bulunya yang berwarna putih dan hitam dengan ekor yang panjang menambah kelucuan kucing betina itu. Walau awalnya, mamaku sempat marah karena aku membawa pulang kucing ke rumah tanpa seizin dirinya, tapi ia tetap mengizinkanku merawat Loki. Mama hanya melarangku untuk membawa Loki masuk ke dalam rumah.

Hari ini aku mengajak Loki jalan-jalan ke taman komplek rumahku. Loki pasti sangat bosan bermain-main di perkarangan rumahku saja. Apalagi tidak ada satu pun tetangga terdekatku yang memelihara kucing. Mereka biasanya memelihara kelinci ataupun hamster. Yang paling ekstrem cuma keluarga pak Darto, mereka memelihara ular Sanca dan kecoa Madagaskar.

Aku tidak memakai pengikat apapun untuk membawa Loki jalan-jalan menuju Taman komplek. Loki termasuk kucing yang sangat pintar dan sangat patuh kepada majikannya. Hanya dengan memanggil ‘Loki, Loki!’, kucing imut itu pun langsung menghampiriku dengan tatapan mata birunya yang sangat indah.

“Loki main aja di sana! Kakak mau duduk di sini saja. Nanti, kalau kita mau pulang, kakak bakal manggil Loki, kok,” ujarku kepada Loki ketika kami sudah tiba di taman komplek.

“Meong,” ujar Loki yang kemudian langsung berlari mengejar kupu-kupu yang berterbangan di atas kumpulan bunga mawar merah. Setelah melihat Loki sudah menemukan teman barunya, aku pun langsung duduk di kursi taman dan membaca novel ‘Aku Akan Menggeser Gunung’ karangan kak Rahmi Khalida.

Selang beberapa menit, tiba-tiba saja aku mendengar suara mobil dan suara kucing yang sepertinya sedang terkejut. Aku pun langsung berlari ke asal suara itu berbunyi. Begitu tiba, betapa terkejutnya diriku ketika melihat kaki Loki yang sudah berlumuran darah tepat di depan sebuah mobil hitam. Ya! mobil itu menabrak Loki. Untunglah hanya kaki Loki saja yang berdarah. Aku bisa saja pingsan, jika Loki benar-benar sudah tak bernyawa di hadapanku.

Entah apa yang kupikirkan saat ini, namun aku malah langsung memarahi si pengendara mobil yang ternyata adalah seorang bapak-bapak. Aku memakinya dengan nada yang penuh dengan keemosian. Bapak itu hanya diam dan mendengarkan ocehanku dengan tenang. Setelah aku selesai mengomel, dia pun langsung membawa Loki masuk ke dalam mobilnya.
**
Sejak kejadian kecelakaan itu, aku sangat sedih melihat kondisi Loki sekarang ini. Dia harus kehilangan salah satu dari keempat kakinya. Kaki kanan depannya harus diamputasi karena kecelakaan itu. Dokter hewan yang menangani Loki menyarankanku untuk memasangkan kaki bionic pada Loki. Tapi, harga kaki bionic itu sangat mahal. Dokter mengatakan bahwa harga kaki bionic itu sekitar puluhan bahkan ratusan juta. Aku tak punya uang sebanyak itu. Jika aku meminta uang sebanyak itu kepada mama, pasti mama akan memarahiku karena uang sebanyak itu digunakan hanya untuk seekor kucing saja. Aku benar-benar merasa bersalah kepada Loki. Maafkan aku, Loki.[]

***

Salsadzwana

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

1 komentar: