Magazine Secret

23.15 0 Comments


               Ghreta Marsiila Isnain, atau akrab dipanggil Ghreta adalah seorang anak perempuan berambut pirang, tinggi, putih, pintar, dan baik hati. Teman-temannya sering mengira Ghreta mengecat rambutnya agar mirip artis luar negeri. Maklum saja, Ghreta memang nge-fans banget sama artis luar negeri, salah satunya, Britney Spears. Rambut Ghreta yang pirang itu, sebenarnya memang asli. Tapi, karena papanya orang Jerman, sementara mamanya orang Jember, yah.. jadinya, masih ada muka Jawa sedikit, deh. Papa Ghreta adalah orang Jerman yang sudah menjadi WNI (Warga Negara Indonesia). Sementara, mamanya asli orang Indonesia, tepatnya di Jember.
               Ghreta dan keluarganya tinggal di daerah Bandung. Ghreta bersekolah di Fantasy School. Kalian mau tahu, kenapa sekolah Ghreta dinamakan seperti itu? Nama yang cukup unik itu bisa kita lihat dari latar dan benda-benda yang ada di sekolah Ghreta. Mulai dari sapu lidi biasa yang ada di langit-langit sekolah (murid-murid lebih sering menyebutnya sapu terbang), jubah nenek sihir, gentong raksasa, dan masih banyak lagi. Hiiii… Seram, ya! Tapi, semua itu tak seseram penampilannya. Yah… mungkin saja headmaster di sekolah Ghreta adalah penggemar film Harry Potter. 
**
“Hai Ghreta,” sapa Lilia sambil menepuk bahu Ghreta. Lilia adalah sahabat terdekat Ghreta. Maksud sahabat terdekat, karena rumah Lilia dan Ghreta bersebelahan. Makanya, Ghreta dan Lilia menjalin hubungan persahabatan.
“Hai juga Lilia,” sapa Gretha balik.
“Eh, kamu tahu, enggak?”
“Tahu,” jawab Ghreta yang tiba-tiba memotong perkataan Lilia.
“Ih… kamu ini! Kan, aku belum siap ngomong, kenapa dipotong?” gerutu Lilia.
“Ya udah, deh. Memangnya kamu mau ngomong apa?” tanya Ghreta yang masih tersenyum.
“Katanya, si Anggi punya majalah dari Paris. Nah, yang aku bingung itu, dia ngakunya punya majalah itu udah lama. Tapi, kenapa dia nunjukinnya baru sekarang, ya?” jawab Lilia.
“Terus, urusannya sama aku apa?” tanya Ghreta.
“Mungkin aja si Anggi itu pencuri majalah kamuuu…,” jawab Lilia. Majalah Ghreta memang hilang semenjak dua minggu yang lalu. Majalah yang hilang itu adalah majalah “Pets” yang dijadikan buah tangan oleh papanya yang baru saja pulang dari Paris. Tapi, sayangnya majalah itu hilang entah ke mana. Terakhir kali, majalah itu ada di loker Ghreta yang terdapat di kelasnya.
“Jangan su’udzon. Itu nggak baik, lho,” kata Ghreta mengingatkan.
“Aku nggak su’udzon, lho. Hal ini udah aku selidiki semenjak dua minggu yang lalu. Aku nggak berani berbicara, sebelum ada bukti,” jawab Lilia.
“Iya, deh, iya. Tapi, kamu udah dapat bukti belum?” tanya Ghreta.
“Soal itu, ya udah, dong. Ini dia!” jawab Lilia seraya mengeluarkan sebuah anting yang berada di dalam plastik kecil.
“Lho? Kok anting, sih?” tanya Ghreta seraya mengamati anting tersebut.
“Coba kamu ingat! Ini anting siapa?” seru Lilia sambil senyum-senyum.
“Duh.. Siapa, ya? Perasaan, aku pernah lihat anting ini, deh. Tapi, di mana, ya?” kata Ghreta yang berusaha keras mengingatnya.
“Ini tuh antingnya si Anggi yang sombong dan sok paling pertama di kelas,” jawab Lilia.
“Kamu dapatnya dari mana?” tanya Ghreta.
“Aku dapat anting ini di bawah kolong loker kita. Dan itu tepat di bawah barisan loker kamu,” jawab Lilia. “Sebelum majalah kamu hilang, kamu menaruhnya di loker kamu, kan?” tanya Lilia.
“Iya, sih. Tapi, masa Anggi tega nyuri majalah aku?” tanya Ghreta tak yakin.
“Ya tega, lah. Dia kan ingin selalu jadi nomor satu di kelas, ia ingin mengalahkanmu,” jawab Lilia yakin.
“Ya sudah. Lebih baik kita masuk ke kelas dulu,” ajak Ghreta.
“Ya udah. Yuk! Kayaknya Charys juga udah nunggu,” sahut Lilia.
Saat menuju kelas…
            “Ghreta, Lilia! Sini, cepet!” teriak Charys yang sudah berdiri di depan pintu kelas.
             Ghreta dan Lilia pun segera berlari menghampiri Charys.
            “Ada apa sih, ris?” tanya Ghreta heran.
         “Kalian sebaiknya cepat membuka sepatu kalian dan segera masuk ke dalam kelas!” pinta Charys seraya melihat keadaan di luar kelas.  
        “Iya, iya,” jawab Lilia. Ghreta dan Lilia pun segera membuka sepatu mereka. Kemudian, mereka langsung masuk ke dalam kelas.
            “Eh, tutup pintunya!” pinta Charys.
              Lilia pun segera menutup pintu kelas.
            “Ada apa, ris?” tanya Ghreta.
            “Sini, deh kalian berdua!” pinta Charys seraya melihat laci meja tempat duduk Ghreta.
            “Nih!” kata Charys seraya mengacungkan sepucuk surat ke atas.
            “Apaan nih?” tanya Ghreta.
           “Aku juga belum tahu. Aku nemuin itu waktu aku piket tadi. Aku sama sekali belum buka surat itu,” jawab Charys.
            Ghreta pun langsung membuka surat itu. Dan ternyata, isinya:
           Hai putri Ghreta yang lemot, tulalit, dan sok pintar. Lagi kehilangan majalah kesayangan, ya? Hihihi… Kasihan bengettt… kamu sih nggak pernah jaga majalah kamu. 
Huuuu… Pasti kamu bakal kena marah sama mama, papa kamu. Apalagi papa kamu yang
beliin majalah itu. Kamu bakal dimarahi abis-abisan. Dan kamu nggak bakal dapat uang jajan lagi. Hihihi… J Kasihan banget, ya! L. Ya udah, selamat kena marah ya! Hahaha…
            “Ihhh… nyebelin banget, sih,” ujar Charys kesal.
            “Itu pasti si Anggi,” sahut Lilia.
            “Tapi, surat ini surat kaleng,” jawab Ghreta seraya memutar balikkan surat itu.
           “Mana ada maling yang mau ngaku. Kalau ada, penjara udah penuh kali? Betul nggak, ris?” kata Lilia.
            “Iya tuh betul kata Lilia,” kata Charys mendukung Lilia.
Tiba-tiba….
            “Assalammu’alaikum! Eh, ada orang. Kirain, belum ada siapa-siapa,” kata Fani yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.
            “Wa’alaikumsalam,” jawab Ghreta, Charys, dan Lilia serentak.
            “Eh, nanti kita lanjutin pas istirahat aja, ya!” bisik Lilia kepada Ghreta dan Charys.
             Ghreta dan Charys hanya mengangguk tanda setuju.
**
5 hari kemudian…
            “Ghreta, itu…,” kata Charys yag tiba-tiba saja datang dengan napas yang masih terengah-engah.
            “Itu apa?” tanya Ghreta. “Kamu tarik napas dulu. Biar rileks,” pinta Ghreta.
             Charys pun langsung menarik napasnya panjang-panjang, lalu membuangnya perlahan.
            “Gini. Tadi, aku lihat Anggi lagi baca majalah kamu di kantin,” kata Charys yang mulai tenang.
            “Hah?” teriak Ghreta yang kaget.
           “Tarik napas dulu, Ghret!” pinta Charys. “Udah siap? Ayo kita pergi sekarang!” kata Charys seraya menarik tangan Ghreta dan langsung berlari menuju kantin.
             Charys dan Ghreta pun langsung meluncur ke kantin.
Sesampainya mereka di kantin…
            “Ghreta, itu Angginya!” kata Charys seraya menunjuk ke arah Anggi yang sedang duduk sendirian.
              Charys dan Ghreta pun langsung menghampiri Anggi.
            “Ini kan majalahnya Ghreta!” kata Charys seraya menunjuk sebuah majalah yang dipegang Anggi.
            “Kalau iya, emang kenapa?” tanya Anggi dengan wajah sinis.
            “Berarti kamu benar-benar pencuri,” jawab Lilia yang tiba-tiba datang.
         “Aduh… Stoppp!!!” teriak Ghreta. “Kita kan bisa nyelesaiin masalah ini secara baik-baik. Enggak usah pakai kekerasan dan adu mulut,” ujar Ghreta.
            “Tapi, si Anggi kan udah jelas nyuri majalah kamu,” jawab Charys.
            “Iya. Biar….,”
Tiba-tiba…
        “Happy birthday to you, happy birthday to you… happy birthday, happy birthday, happy birthday to you…,” semua orang di kantin pun langsung membuat lingkaran di sekeliling Ghreta. Papa dan mama Ghreta datang dengan membawa kue ulang tahun.
         “Mama? Papa? Ma’am Sri, Ma’am Komala, dan semua ma’am dan sir, kok ada di sini?” tanya Ghreta heran.
          “Ini kan hari ulang tahun kamu. Mama, papa, dan semua guru yang ada di sini sengaja meluangkan waktu mereka untuk merayakan hari ulang tahun kamu,” jawab mama.
       “Karena kamu murid yang paling berprestasi di sekolah kita, makanya semua mau setuju untuk merayakan ulang tahun kamu di sekolah,” kata ma’am Sri.
         “Dan juga, kami sengaja ngerjain kamu dengan cara mencuri majalah kesayangan kamu,” tambah Anggi dengan wajah berseri-seri.
           “Hah? Jadi kalian bertiga ngerjain aku?” tanya Ghreta meyakinkan perkataan Anggi.
           “Yap. Seru, kan? Hahaa….,” tawa Lilia pun meledak. Anggi dan Charys pun ikut tertawa.
         “Apanya yang seru? Tapi, kalian berhasil menipuku habis-habisan. Awas, ya kalian!” kata Ghreta kesal. Pipi Ghreta pun langsung memerah.
           “Yang penting….,”
         Happy Birthday, Ghreta,” ujar Lilia, Charys, dan Anggi serentak. Mereka berempat pun berpelukan. 
***









0 komentar: